Tak ada sorak sorai, tak ada parade pembukaan. Mereka tidak tengah merayakan sesuatu melainkan melaksanakan Ujian Akhir sebagai penentu dan penutup semester. Sayup-sayup terdengar lonceng raksasa yang hadir untuk menandai waktu berjalannya satu putaran. Hyunae menghela napas, perasaannya masih tak karuan. Ia berusaha menstabilkan diri atas badai yang tengah berkelanjutan dalam pikirannya, tapi susah sekali. Selain hatinya yang seolah belum pulih, ia juga merasa banyak sekali pengintai berada di sekitarnya, memperhatikan tiap gerak-geriknya selama ia menjalani hari-hari di akademi.
Patung-patung itu memang bisa mendengar, Hyunae. Beberapa di Galleria Du Apollo, sisanya di Basements. Hindarilah patung dengan kelopak yang tertutup, mereka telah dipasangi batu berkat. Informasi yang ia dapatkan dari Hyunjin semalam telah cukup membuatnya gusar. Sekarang ia bahkan tak bisa mengunjungi Astronomy Tower bersama Jeno dengan tenang.
Colosseum telah penuh terisi dengan siswa-siswi tiga tingkat. Tempat duduk para audiens yang disusun bertingkat memiliki jarak yang begitu jauh dari arena, mungkin atas dasar keamanan. Ujiannya dibagi dalam waktu tiga hari, menempatkan Hyunae, Haechan, Jaemin, dan para lawan mereka di hari pertama. Bagus, malah, Hyunae ingin semuanya cepat berakhir.
Sekilas ia menatap ke arah podium paling tinggi, milik para guru. Ada Mrs. Hellenah dan beberapa guru lainnya di sana. Ia sering dengar dari teman-temannya ketika mereka dipanggil ke ruang kepala sekolah, entah untuk alasan apa, hanya akan ada suara lelaki tua (yang kemudian diasumsikan sebagai Mr. Leander) yang berbicara pada mereka. Dugaan Hyunae seolah diperkuat dengan tidak hadirnya Mr. Leander hari ini.
Pasti ada suatu alat yang mengubah suara Mrs. Hellenah—suatu trik agar identitas ganda yang dimilikinya dapat berjalan.
Haechan terlihat tak setegang semula, walau beberapa kali ia terlihat berdoa pada Dewa Eros, ia terlihat lebih mantap dari sebelumnya. Tampaknya ajaran privat dari Jaemin membuahkan hasil yang memuaskan.
"Memuaskan apanya, gila," keluh Haechan di suatu hari, babak belur. "Aku kayak beberapa kali mati dan beberapa kali dihidupkan kembali."
Awalnya, tak ada ketegangan berarti di antara mereka yang duduk berjejer. Namun, udara segar di arena seketika berubah menjadi kelam ketika sampai pada putaran keenam. Suara napas yang tertahan dan iris yang saling menatap penuh kengerian itu merupakan bukti nyata bahwa baru saja terjadi pertarungan yang menumpahkan darah lebih banyak dari biasanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Blessed
FanfictionYes, Sir. We are certainly and certifically blessed. ☽ / / 00l's fantasy au, SEASON 1 COMPLETED : SEASON 2 ON GOING.