+52. must you say it out loud?

2.8K 606 75
                                    

Cahaya kekuningan yang pijar tempias di pekarangan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Cahaya kekuningan yang pijar tempias di pekarangan.

Warna yang merupakan representasi dari segala hal-hal yang baik dan hangat itu terpatri dalam memorinya, beriringan berjalan dengan kenangan akan langkah-langkah di bawah hitungan seratus ribu yang ia ambil di Ellugard. Kala ia masih cengeng, masih tidak bisa menerima keadaan, masih tidak tahu cara menumpahkan perasaan. Kim Hyunae si putri Athena adalah ia yang keras kepala, keras hati, dan angkuh berdiri walau isi pikirannya tak ubahnya caci maki atas eksistensi sendiri.

"Putri dewi perang dan pengetahuan apanya, kamu bahkan ketakutan untuk mengangkat pedang dan membaca buku."

Hal itu benar terjadi di bulan pertama ia berdiam di Ellugard. Ternyata benar apa kata guru bahasa Prancisnya itu saat pidato pembukaan, rangkaian tes masuk yang berdarah itu tak lebih kejam dari kehidupan akademi sebenarnya. Tenggat waktu yang harus diselesaikan, ekspektasi yang harus dilaksanakan, juga perundungan diam-diam di antara mereka yang memiliki ego sebagai anak yang diberkati dewa.

There's no love between these walls, that's what Hyunae's thought.

Ada saat-saat ia begitu takut untuk mengambil bilah pedang yang dingin dan berkilau di bawah sinar matahari Training Ground. Ada rasa malu dan ego yang teriris dalam kala tatap cemooh itu tertuju padanya, si anak Athena yang payah dalam pertarungan percobaan. Saat mata panah itu keluar dari jalur, tak sampai pada targetnya, atau rusak karena salah perkiraan, Hyunae mau tidak mau menggigit bibir bawahnya.

Ia melihat, nun jauh di antara mereka yang sepantaran — sama prestijnya — ada si putra Ares yang bersinar, seolah memiliki sayap besar ketika ia melesat menyerang lawannya, dengan pedang megah yang terayun mudah di lengan kekarnya.

Tak jauh dari si gadis, ada si putra Apollo yang tersenyum mengalahkan baskara. Ramah dan baik sekali, sampai rasanya hati Hyunae teriris saat ia menyadari ia menyimpan iri yang begitu menyakitkan saat melihat kemampuan memanah sang sahabat, bidikan tepat sasaran dengan tenaga yang disalurkan dengan benar.

Di tengah Training Ground yang penuh akan siswa dan siswi, segenap penghuni akademi,

Ia merasa sangat sendirian.

Perasaan yang menusuk kulitnya, asing dan meninggalkan sensasi menyengat yang terus menghantui dan mendistraksi alam pikirnya. Seolah benar ia tidak berada di sana, seolah benar Hyunae yang ada di Ellugard hanyalah raga tanpa jiwa di dalamnya.

Dalam beberapa jengkal waktu ia merasa sendiri dan hilang arah seolah mata kompasnya telah patah, Hyunae baru bisa merasa seperti dirinya sendiri kita dibalut dengan cahaya kekuningan yang ramah. Yang menemaninya tanpa bicara, tak bertanya, dan membiarkannya dirinya untuk menjadi Kim Hyunae saja. Kim Hyunae yang sebenar-benarnya.

BlessedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang