c a b e

427 90 55
                                    


"Mending jelek tapi jual mahal, daripada cantik tapi jual murah. Situ emang gatal apa kagak laku." -Nadine yang lagi kesel sama cabe-cabean obralan pasar.

•••

"Bukan kita yang salah pak, mereka nya aja noh yang tiba-tiba nyerang kagak jelas." Tunjuk Nadine pada sekumpulan cewek yang tadi menyerangnya saat ia dan Dian lagi ngobrol sama Keyra ditoilet.

"Apa lu?! Biasa aja lihat nya, gue tau gue cantik tapi maap, gue masih doyan pisang."

"Terus kamu bales?" Pak Bondan mengabaikan ucapan absurd Nadine.

"Ya iya lah, saya bales aja muka saya masih lecet kek gini apa lagi enggak saya bales. Emang bapak mau biayain facial saya? Enggak kan." Ujar Nadine menggebu-gebu.

Setiap pak Bondan melontarkan pertanyaan, disaat itu juga Nadine langsung berdiri dengan percaya dirinya, dan menyampaikan pembelaannya dengan menggebu-gebu, tidak memberikan sekumpulan gadis yang duduk didepannya untuk berbicara sekata pun.

"Pratami, kamu juga ikutan mereka?"

"Bapak tanya nya sama saya aja, mbak Tami phobia sama orang botak kayak bapak." Celetuk Nadine membuat semua mata berpusat padanya.

"Nadine, sit down."

Nadine langsung menurut, ia duduk dengan anggun, hasil meniru gaya duduk Tami disampingnya.

"Kalian kenapa tiba-tiba nyerang mereka?" Tanya pak Bondan pada salah satu gadis yang katanya menyerang Nadine tadi.

Nadine sontak bangkit, "mereka pasti punya dendam sama saya pak! Coba bapak lihat nih muka saya," Nadine menunjuk wajahnya sendiri, "hancur pak, hancur. Ini kalau daddy saya lihat, habis mereka dibuat daddy saya pak." Ujarnya dramatis.

"Nadine." Tegur Tami yang langsung membuat Nadine duduk seperti semula.

"Kalian, tidak ada pembelaan?"

"Mereka mau pembelaan apa lagi sih pak," Jawab Dian cepat seraya bangkit dari duduknya, "dilihat dari segi mana pun mereka jelas salah. Mau pembelaan kayak gimana pun mereka tetap salah. Buka mulut aja kagak berani, bapak tau kenapa?"

"Kenapa?"

"Ya because they know, they are wrong." Jawab Nadine berdiri disamping Dian, menatap para cewek didepannya sinis.

"Nadine," panggil salah satu guru yang ada diruangan itu pelan.

"Iya bu."

"Ini baju kamu kenapa robek?" Tanya guru itu sambil mengangkat baju Nadine yang robek dibagian bahunya.

"Ya kerena mereka, gak ibu lihat nih muka mereka." Nadine menunjuk mereka satu-satu, "muka-muka preman pasar." Ucapnya tepat ketika telunjuknya berada didepan muka gadis yang membuat bajunya robek, untung saja ia memakai baju dalam sehingga ia tidak perlu memamerkan bahu goalsnya.

"Apa?" Nadine berkacak pinggang, "gak senang lu, ayo sini gelut lagi," tantangnya pada gadis itu.

"Gue juga masih dendam nih, kepala gue nyut-nyutan gara-gara lu."

SAPRITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang