s i b l i n g s t i m e

1.1K 377 143
                                    


"Gue itu gak malas, cuma lagi mode hemat energi aja." -Nadine, sikaum rebahan

•••

"Dek, adek." Leon mengguncang tubuh Nadine yang tengah telungkup itu dengan setengah sadar.

Nadine memutar tubuhnya, "hm?"

"Cowok lo tuh dibawah." Ucapnya seraya membaringkan tubuhnya disamping Nadine, lalu memeluk tubuh adiknya itu seperti guling.

"Hm." Nadine menyamankan tubuhnya didalam dekapan Leon.

"Hm," Leon mengeratkan pelukannya dan kembali ke dunia mimpinya, melupakan Ken yang tengah menunggu diruang keluarga.

"Loh bang, ngapain?" Tanya Juna bingung saat mendapati Ken sudah berada dirumahnya sepagi ini.

Cowok dengan muka bantal itu mendudukkan tubuhnya disamping Ken, "yang bukain lu pintu tadi siapa?"

"Abang lu."

"Terus wujudnya kemana?" Juna mengucek matanya.

"Manggil kakak lu."

"Dan lu percaya?" Tanya Juna tak percaya.

Dahi Ken menggerut, "maksud lu?"

"Ck, tuh orang lanjut tidur dikamar si Sapri."

"Oh?" Ucap Ken tak tau harus merespon bagaimana.

"Lu udah sarapan bang?"

"Lo mau makan?"

Juna mengangguk, "tapi bibi ga masak."

"Ayok," Ken bangkit dari duduknya.

"Kemana?"

"Cari sarapan."

Juna masih diam diduduknya, "gue mager ngambil duit keatas."

"Gue traktir buru."

•••

Juna dengan ceria memasuki rumahnya seraya menenteng plastik berisi makanan yang tadi ia beli bersama Ken.

Cowok itu meletakkan plastiknya keatas meja yang ada diruang keluarga, "bibi, tolong ambilin piring, mangkok, sendok sama minum dong!" Ujarnya setengah berteriak.

"Minumnya mau apa den?" Tanya bi Asih, pembantu dirumah itu seraya memberikan alat makan yang tadi Juna minta.

"Air dingin aja bi, yang botol biasa ya."

"Siap, tung-"

Omongan bi Asih terpotong oleh suara ribut dari lantai atas, lalu terdengar suara langkah kaki yang terburu-buru dari tangga.

"Juna, Ken mana?" Tanya Nadine dengan mata yang memandangi sekitar.

"Bi, minumnya masih lama?" Juna menatap bi Asih yang berdiri menjulang disampingnya.

Wanita berusia lima puluhan itu tengah menatap Nadine yang masih celingukan dengan wajah bantalnya.

"Eh, iya den."

SAPRITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang