b y e s a p r i

499 64 27
                                    


"Seseorang gak akan pernah berubah kalau enggak keinginannya sendiri."

•••

Terkadang, pergi dan melupakan masalah merupakan jalan terbaik dalam menyelesaikan masalah itu.

Seperti yang Nadine lakukan saat ini, ia ga bohong kalau dia pergi besok.

Buktinya sekarang dia sudah berada di bandara dan tinggal menunggu jadwal penerbangannya saja.

Dan sebagai pacar yang bucin dan taat, Ken rela bolos untuk mengantarkan pacarnya itu, "flight jam berapa?"

Nadine melihat jam yang berada di tiketnya, lalu melihat jam dipergelangan tangannya, "sekitar setengah jam-an lagi."

"Udah bilang om flightnya jam berapa?" Tanya Ken pada Nadine, mengingat hubungan ayah dan anak mereka yang lagi renggang.

Nadine mengedikkan bahunya acuh, "ga tau."

Ken mengerutkan keningnya, "kok ga tau? Emang ga bilang mau pergi?"

"Ga tau Ken, ini perginya juga mendadak. Juan drop semalam dan dia butuh dokternya secepatnya. Lagian daddy juga gak perduli kok sama kita. Ditelpon aja ga ngangkat, boro-boro mau izin." Jawab Nadine sedikit kesal.

Entah lah, tapi mulai sekarang keluarga merupakan topik yang sensitif untuk Nadine bahas.

Ya, karena emang ga ada hal yang perlu diobrolin tentang keluarganya. Kecuali bisnis keluarganya yang semakin besar  setiap harinya. Yang tentu saja semakin membuat daddynya itu sibuk setiap harinya.

"Tapi Na,-"

"SAPRI!" Teriak Chilla dari jauh yang memotong ucapan Ken.

Nadine yang melihat Chilla dan teman-temannya pun melambaikan tangannya, bermaksud menyuruh mereka mendekat.

"Aku ke bang Leon ya," bilang Ken begitu Chilla dan yang lain mendekat.

Nadine menatap sendu punggung Ken yang berjalan sambil merogoh kantongnya ke arah Leon yang duduk bersama Nathan, Juan dan Juna.

Nadine bohong, dia udah nelpon daddy nya tadi malam, berharap daddy nya itu akan datang atau sekedar ngucapin sampai jumpa ke dia, tapi sayang, sama daddy nya ga diangkat. Dia chat juga sama daddynya cuma di read aja.

Miris kan?

Dan Nadine bohong karena dia ga mau Ken natap dia dengan tatapan kasihan. Karena dia merasa kalau dia bukan orang yang harus dikasihani.

"Goblok," Kevin menoyor kepala Nadine pelan, "mau pergi kok bilangnya mendadak. Untung gue kagak punya riwayat penyakit jantung."

"Alah, bilang aj lu senang Sapri pindah. Gaya bener." Cibir Aine menatap Kevin sinis.

"Apa sih beb, cemburu ya aku perhat-"

Belum siap Kevin menyelesaikan ucapannya, mulutnya sudah lebih dulu disumpal potongan roti oleh Aji.

Rotinya hasil ngerampas punya Gabriel.

"Congor lo besar amat." Bilangnya datar mengabaikan Gabriel yang menatapnya tak percaya.

Agam yang baru sadar kalau Gabriel bawa makanan pun menyambar roti Gabriel dan memakannya, "makasih."

"Roti gue." Lirih Gabriel menatap rotinya yang masuk ke mulut Agam nanar.

"Gapin mana?" Tanya Nadine pada Dian, mengabaikan teman-temannya yang tentu saja sedang gelut.

"Lah, belum nongol tuh anak." Putra melihat sekitar, mencari keberadaan Gavin.

SAPRITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang