"Mental issues bukan masalah sepele. Jadi, jangan pernah main-main sama mental orang lain." -Nathan yang rela cuti 1 bulan lebih buat nemenin Juan terapi.•••
Nadine langsung berdiri dan berjalan menjauh dari tengah lapangan begitu Lala membubarkan latihan pertama mereka.
"Hah." Nadine menjatuhkan badannya dikursi tribun, disamping tasnya yang sedari tadi ia letak disana.
Keyra yang melihat Nadine duduk di tribun pun menghampiri gadis itu sambil menggenggam botol air mineral.
"Capek?" Keyra memberi air mineral itu pada Nadine.
Nadine menatap gadis itu sebentar, lalu mengambil minuman itu, "biasa aja."
"Pulang sama siapa?" Keyra duduk disamping Nadine.
"Ojek keknya. Lo?"
"Gavin." Keyra menunjukkan layar handphonenya.
Nadine terdiam sebentar, menatap Keyra yang lagi fokus dengan handphonenya. Ia membuka botol minum itu.
"Long last ya. Cuek-cuek begitu, tuh anak juga punya hati." Bilang Nadine sambil meneguk minumnya.
"Hah?" Keyra menatap Nadine bingung.
Entahlah, entah cuma perasaan dia aja atau emang Nadine lagi nyindir dia.
Nadine kembali menatap gadis disampingnya itu sebentar, lalu menggeleng, "enggak."
Nadine meletakkan botol itu dilantai dan merogoh kantong tas disampingnya begitu mendengar handphonenya berbunyi.
"Halo?" Nadine menempelkan handphonenya ke telinga kirinya.
"Ka-kak. Juan." Balas Juna terbata-bata.
Mendengar suara Juna yang terdengar panik, Nadine pun terdiam.
"Kenapa?" Tanyanya dengan nada tenang.
Jika sudah tentang Juan maka bisa dipastikan itu merupakan sesuatu yang buruk.
"Juan, di-dia."
"Juan kenapa Juna?" Tanya Nadine lagi dengan nada bicara yang menuntut.
"Kak, Juan. Gue takut." Kini suara Juna terdengar bergetar, sepertinya cowok itu sedang menahan tangisnya.
Kalau Juna sudah terdengar akan menangis itu artinya cuma satu. *BPD Juan kambuh.
"Lo dimana? Telpon Nathan, gue pulang sekarang." Nadine menjepit handphone itu dengan bahu kirinya dan buru-buru memasukkan barang-barang bawaannya ke dalam tasnya.
Juan kambuh, itu berarti sesuatu yang buruk tengah terjadi. Karena ga mungkin cowok itu kambuh, kalau ga ada pemicunya.
"Gu-gue dirumah, gue udah telpon Nathan, dia suruh gue telpon elu. JUAN! Kak, Juan ngamuk." Suara pecahan kaca disebrang sana menghentikan pergerakan Nadine.
Nadine memindahkan handphonenya ketelinga kanannya, mendengar apa yang terjadi disebrang sana.
Ia menghela napas, "Juna, kunci Juan dikamarnya. Lo tetap disana dan jangan kemana-mana. Tunggu gue. Oke?" Ujarnya lembut, mencoba menenangkan adiknya itu.
"Kak, cepet." Balas Juna kali ini dengan suara yang sedikit lebih tenang.
"Iya."
Nadine memutuskan panggilan telpon mereka, lalu mengancing tasnya dan bangkit dari duduknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
SAPRI
Teen Fiction[FOLLOW SEBELUM MEMBACA] Sapri atau kepanjangnya Sandjaya's Princess merupakan sebutan yang saudara dan teman-teman Nadine tujukan padanya. Nadine, si cucu perempuan terakhir Sandjaya yang sifatnya berbanding kebalik dengan Pratami, sepupu perempuan...