j e l e k

245 42 9
                                    


"Jangan marah kalau ada yang ngomongin lu dibelakang, karena seenggaknya mereka tau dimana tempat mereka seharusnya." -Nadine, si cewek berkepribadian sepuluh kalau kata Kevin mah.

•••

"NADINE!"

Belum sempat Nadine mengangkat kepalanya, menoleh kearah asal suara, ia sudah lebih dulu merasakan tubuhnya terhempas dengan punggung yang menabrak kuat tiang basket dibelakangnya.

"Akhh!" Erang Nadine kesakitan.

Bintang, Nathan, Juna, dan Dean yang sedari tadi hanya diam menyaksikan pun buru-buru menghampiri Nadine.

"Kak, sakit." Adu Nadine pada Nathan sambil menggenggam kuat lengan kakaknya itu.

Sumpah demi apapun, ini tulang punggungnya rasanya udah retak sangking kuatnya nabrak tiang, mana tiangnya keras lagi.

Juna yang tak terima kakaknya kesakitan pun berdiri, berbalik menghampiri Tama yang lagi membantu Tami berdiri.

"Lu apa-apaan sih." Juna berdiri dihadapan kedua saudara kembar itu.

"Apa? Lo mau bela dia?" Tama menatap Juna malas.

"Iyalah gila lo, kakak gue, ya gue bela dong. Kenapa? Ada masalah sama lo."

"Dia udah buat Tami jadi kek gini." Tama menunjuk Tami yang ada dirangkulannya.

"Cuma karena dia buat Tami jatuh terus lo boleh ngedorong dia kayak gitu? Enggak bangsat!" Ujar Juna emosi.

"Juna." Dean menarik Juna menjauh dari Tama.

Juna kalau lagi emosi, otak sama akalnya hilang, makanya ga pandang umur apalagi gender, semua kena maki sama dia.

"Dia udah keterlaluan." Balas Tama tenang.

Nah, untung aja yang dikatain Juna itu Tama, kalau yang dikatain Juna tadi Bintang, udah deh, keluar semua penghuni kebun binatang.

"Dia atau kembaran lo yang keterlaluan. Nadine cuma ngebela dirinya sendiri, salah? Lo kalau ga tau masalahnya mending ga usah ikut campur deh, keliatan banget gobloknya tau ga." Bilangnya dari balik badan Dean.

"Da-darah." Ucap Nadine pelan yang hanya didengar Nathan dan Bintang yang lagi membantunya berdiri.

"Mana? Mana darahnya?" Bintang memeriksa seluruh tubuh Nadine, terutama Punggung gadis itu.

Bintang meraba punggung Nadine, "darahnya dimana Pri."

"Itu." Nadine menunjuk Tami dengan bibirnya.

Nathan melihat kearah yang ditunjuk, "Ta-

"Mana Pri?" Tanya Bintang kesal.

Nadine memukul kepala Bintang, "itu bego." Ia menunjuk darah yang mengalir di kaki Tami.

"TAMI."

•••

"Masih sakit?" Nathan menyenderkan tubuh Nadine ke dadanya perlahan.

"Sedikit." Ucap Nadine sambil menyamankan tubuhnya di dada kakaknya.

Setelah membawa Tami yang pingsan tadi ke rumah sakit dan sekalian punggung Nadine diperiksa, mereka, Nadine, Tama, Juna, Dean dan Bintang pulang ke rumah Bram, seperti permintaan si tuan besar.

Sementara Gavin, ditarik pulang dari sekolah oleh Juan yang tiba-tiba merangkap menjadi kepala keamanan Sandjaya.

"Lo ga usah liat-liat kakak gue." Juna berdiri didepan Nadine dan Nathan, menghalangi pandangan Tama yang dari tadi menatap Nadine.

SAPRITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang