"Nurut sama emak, inget, tapperware lebih berharga dibanding nyawa lu." -Vino yang emak nya lebih sayang tapperware dari pada anak.•••
"Ah, ga seru. Lo mainnya curang." Tama menjatuhkan stik ps-nya.
"Only losers don't wanna admit defeat, and you're one of them." Sahut Juan yang matanya fokus pada handphone ditangannya.
Nathan ketawa pelan, "bukan gue yang curang tapi lo nya aja yang ga bisa main."
"Lo kok bawa dia balik sih." Tama menunjuk Juan dengan dagunya.
Nathan melirik Juan sebentar, lalu kembali pada tv didepannya, "grandma sama grandpa ada urusan ke Kanada. Lagian tuh anak juga libur, yaudah gue bawa aja sekalian. Gue ga bisa bayangin masalah apa mungkin dia buat kalau dia ditinggal disana."
"Ditinggal sama enggak ya sama aja. Liat aja entar, pasti ngulah juga."
"Seenggaknya dia ngulah disini ada yang ngurus, udah ah buruan main."
Keheningan melanda ruangan itu, Juan dengan handphonenya serta Tama dan Nathan dengan permainan mereka.
"BUNA!!!" Hingga rengekan manja itu menarik atensi ketiganya.
Dari arah pintu utama berlari seorang bocah yang masih memakai seragam tk tanpa alas kaki, dibelakang bocah itu, Gavin berjalan sambil membawa sepatu dan juga tasnya.
"Buna!"
Tama bangkit dan menghampiri adik bungsunya itu, "buna dikamar. Ayo ganti baju dulu sama mas."
"Aan nggak mau." Bocah bernama Pangeran itu langsung menaiki tangga menuju kamar orang tuanya berada.
"Malem banget dia pulang, Hekal aja udah selesai berantakin rumah." Gavin memberikan tas dan sepatu Pangeran pada Tama.
"Adek gue mah lebih sibuk dari orang sibuk. Janji mainnya aja lebih padat daripada pejabat negara."
"Tama, kata buna gantiin baju Aan." Ujar Tami dari tangga dengan masker yang menempel diwajahnya.
Tama tanpa membantah langsung beranjak ke kamar Pangeran yang berada dilantai dua.
Nathan tiba-tiba bangkit dan menarik Gavin duduk ketempatnya semula, "lu temenin gue main," ia memberikan stik ps Tama.
"Ogah, entar gue kalah lagi."
"Ya salah lu gak pintar main."
"Kalian ngapain pada ngumpul disini?" Tanya Tami seraya duduk disamping Juan, "kamu apa kabar?"
"Good." Jawab Juno singkat.
"Mbak gue mau curhat." Gavin meletakkan stik psnya.
Nathan menahan tangan Gavin yang mau berdiri, "lu temenin gue main."
"Lu main sendiri aja." Gavin merangkak mendekati Tami.
"Udah kayak babu sama majikan." Celetuk Juan begitu melihat Gavin duduk dikarpet, bersamdar pada meja sedangkan cewek itu duduk diatas sofa.
KAMU SEDANG MEMBACA
SAPRI
Teen Fiction[FOLLOW SEBELUM MEMBACA] Sapri atau kepanjangnya Sandjaya's Princess merupakan sebutan yang saudara dan teman-teman Nadine tujukan padanya. Nadine, si cucu perempuan terakhir Sandjaya yang sifatnya berbanding kebalik dengan Pratami, sepupu perempuan...