"Jangan malas belajar bego, lu udah malas bodoh lagi. Jangan lupa kalau lu itu cuma beban keluarga." -Vino, si buronan para guru.•••
"Perasaan gue apa gimana, nih tembok kok makin tinggi," Nadine manatap bingung tembok didepannya, "tangganya mana? Batang hidungnya kok ga keliatan."
"Bisum!"
Bi Sum menyembulkan kepalanya dari jendela dapur, "ya Prik?"
Nadine menghampiri bi Sum, "tangganya mana? Kabur? Gak mau saya panjat, apa gimana?"
Setengah badan bi Sum keluar, "eh iya, tangganya mana ya Prik?"
"Beneren kabur kayaknya deh bi, dia capek. Soalnya dia dicariin pas butuh doang, ngerasa ga dihargai dia." Nadine jongkok sambil menyender ke gubuk warung bi Sum.
"Lah, lo jumpa tangganya dimana?" Tanya Nadine melihat Agam datang sambil membawa tangga.
"Tadi gue jumpa dibelakang warung." Agam menyenderkan tangga bambu itu.
Nadine bangkit, lalu menghampiri Agam, "dia main petak umpet?"
Agam mengangguk, lalu memanjat tangga itu, "main sama galahnya bisum kayaknya, soalnya galahnya juga ada disitu."
"Lu kok tumben telat?" Tanya Nadine begitu melompat turun dari tembok.
"Motor gue dehidrasi, gue lupa kasih minum. Eh, lu gue tinggal ke toilet ya." Agam meninggalkan Nadine dikoridor sekolah.
"Eh ada mas pacar." Gumam Nadine melihat Ken dan tiga pengikutnya lagi hormat bendera.
"HAI MAS PACAR!" Gadis itu melambaikan tangannya, "SEMANGAT HORMATNYA YA! GUE MAU KE KANTIN DULU, BA BYE!"
"IYA, HATI-HATI YANG!" Balas Ken melambaikan tangannya.
"BYE, EMUAH!" Nadine memberikan kiss bye pada Ken, lalu berjalan menuju kantin sambil bernyanyi random.
"Dian!" Panggil Nadine dari pintu kantin yang tak didengar oleh sang pemilik nama.
"WOI DIANDRA AULIA!" Teriaknya lagi yang membuat semua penghuni kantin menatapnya bingung termasuk gadis yang sedari tadi ia panggil.
Dian menyipitkan matanya, menatap Nadine sebentar, lalu kembali melanjutkan makannya yang tertunda.
Nadine yang tak senang melihat respon Dian pun berjalan menghampiri gadis berhijab itu.
"Heh," Nadine menepuk bahu Dian, "sombong ya lu, gue panggilin dari tadi kagak nyaut."
Dian menelan baksonya, "Bukan sombong bego, tapi muka lu emang kagak keliatan dari sini."
"Ya salah lu sendiri kenapa kagak pake kaca mata."
"Bodo Pri," balas Dian jengah, "lu baru datang?" Tanyanya begitu menyadari ransel Nadine masih menempel dipunggung gadis itu.
"Yoi." Jawabnya, lalu berjalan meninggalkan meja itu menuju stan makanan.
"Cuma Sapri doang emang, yang telat tapi tetap pd."
KAMU SEDANG MEMBACA
SAPRI
Teen Fiction[FOLLOW SEBELUM MEMBACA] Sapri atau kepanjangnya Sandjaya's Princess merupakan sebutan yang saudara dan teman-teman Nadine tujukan padanya. Nadine, si cucu perempuan terakhir Sandjaya yang sifatnya berbanding kebalik dengan Pratami, sepupu perempuan...