n y a n t e t

592 177 92
                                    


"Lebih baik makan nasi daripada makan cinta, kenyang enggak bodoh iya." -Gavin, cool boy nya Sandjaya.

•••

"Sate sebanyak ini siapa yang bakal habisin?" Tanya Nadine menatap nanar ratusan sutuk sate yang berjejer didepannya.

"Please deh, orang disini banyak kali." Bintang memutar bola matanya malas.

"Lah, gue kira binatang semua ini."

"Iya, lo juga kan." Tama menanggapi ucapan Ken dengan sinis.

"Yaelah abang ipar, masih aja sensi."

Nadine mengangguk, "padahal mah yang digangguin cowok gue bukan siapa-siapanya lu mas."

"Kalau kalian masih mau debat mending diluar aja gih, gue mau makan." Gavin mengambil satu tusuk sate.

"Ya sor-"

"Nyantet gak ngajak-ngajak gue ya, serendah ini kah rasa persaudaraan kalian, cukup tau gue." Celetuk Juna dengan nada kecewa yang dibuat-buat begitu ia keluar dari dapur.

Juna mendudukkan badannya diantara Nadine dan Ken, "bdw sate sebanyak ini sapa yang beli."

"Hooh," Ken menelan daging dimulutnya, "setau gue keturunan Sandjaya gak ada yang rela nungguin berjam-jam hanya buat makanan, kecuali si Gapin."

"Nama gue Gavin bang, by the way," Gavin menoleh kearah Juna, "bukan bdw."

"Ya serah gue dong, kok situ yang ngatur." Balas Juna.

Gavin menatap Juna tajam, "lo itu ya dibilangin juga. Ngelawan mulu."

"Udah dong, jangan berantem," lerai Tami, "Juna juga, sama Gavin kok ngomong nya gitu, Gavin lebih tua dari kamu loh."

"Iya saori," ucap Juna tanpa melihat lawan bicaranya.

Nadine memukul paha Juna pelan, "yang bener ngomongnya, dilihat lawan bicaranya."

"Sorry bang," Juna menatap Gavin melas.

"Hm," Gavin kembali memakan satenya.

"Banyak banget satenya, siapa yang beli, Gavin ya?" Tanya Daniel dari arah dapur dengan tangan yang memegang gelas.

"Gak dad, dikasih mas Gara tadi, daddy mau?" Jawab Tami.

Daniel mengangguk, "boleh, Dean tolong bawakan ke gazebo belakang ya, mommy pengen ngomong sama kamu katanya."

Suasana diruangan itu tiba-tiba menjadi canggung begitu Daniel meninggalkan tempat itu.

"IH! MAKAN KOK GAK AJAK-AJAK KITA SIH." Teriak seorang bocah dari depan pintu yang membuat semua orang terkejut.

"IH AAN KOK UDAH DUDUK AJA, HEKAL NYA GAK DIAJAK?!" Teriaknya lagi ketika menyadari Pangeran yang tadi datang bersamanya sudah duduk diantara saudara-saudaranya itu.

"Mi," panggil Dean, "lo aja yang bawa kebelakang." Lanjutnya.

"Ah, ok."

"Lah, kok mbak Tami sih," heran Nadine, "kan tadi daddy bilang mommy mau ngomong sama kak Dean. Ntar mommy marah loh."

"Lo, gak marah?" Tanya Dean ragu.

"Hah, buat apa," aneh Nadine, "emang gue kenapa?"

"Yaudah, gue antar ini ke belak-"

"Gausah," Juan menahan tangan Dean, "gue aja."

Cowok itu mengambil sepiring sate, lalu berdiri, "kalian lanjut aja makannya."

SAPRITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang