"Hargai apa yang ada didepan mata lo sekarang, karna, jika suatu saat itu hilang lu bakalan ngerasain yang namanya penyesalan." -Nadine, duta perquotesan Sandjaya.•••
"Loh kak? Tumben lu udah bangun." Celetuk Juna yang membuat semua mata tertuju pada Nadine.
Sesuatu hal yang langka melihat Nadine sudah keluar dari kamarnya sebelum jam menunjukkan pukul tujuh pagi dan juga memakai seragamnya dengan rapi.
Karena biasanya gadis itu akan keluar dari kamar lewat pukul tujuh dengan tergesa-gesa dan juga seragam yang acak-acakan.
"Nadine berangkat bareng Gapin hari ini."
"Sarapan dulu sini." Panggil Lea saat Nadine hendak pergi begitu saja.
Gadis itu berjalan ke arah meja makan dan mengambil satu potong sandwich dari piring Juna, "Nadine makan ini aja."
Nadine berdiri disamping daddy-nya yang sedang makan sambil menadahkan tangannya kedepan sang daddy.
"Mau apa?"
"Uang jajannya?"
"Nih." Daniel memberi Nadine selembar uang seratus ribu.
"Nadine pergi!" Pamitnya berjalan keluar rumah.
Nadine berjalan ke arah rumah Gavin yang letaknya tepat disamping rumahnya.
"Gapin." Panggilnya dari depan pagar rumah itu.
"AYO SEKOLAH!" Lanjutnya sambil berteriak dan disaat yang bersamaan dengan pagar itu terbuka.
"Loh Nana? Tumben pagi banget." Heran Dylan saat membuka pagar menemukan Nadine berdiri sambil menggenggam tali tasnya.
Pria itu mengecek jam tangannya, "masih jam enam lewat sepuluh loh ini."
"Kalau lama entar ditinggal Gapin om-papi." Nadine berjalan melewati om-papinya dan duduk diayunan yang ada dihalaman rumah itu.
"Papi belum berangkat?" Tanya Gavin dari arah garasi.
"Ini mau berangkat," Dylan berjalan menghampiri Gavin, "kamu hati-hati bawa motornya," lalu memberikan selembar uang kepada putranya itu.
"Nana, udah ada uang jajannya?"
"Tadi minta daddy, tapi kalau om-papi mau tambahin Nana mah ga nolak." Jawab Nadine sambil mendatangi pria itu.
Dylan memberi Nadine uang yang jumlahnya sama dengan Gavin, "yaudah papi kerja dulu ya."
"Iya om-papi."
"Iya papi."
Nadine dan Gavin kompak menyalami pria itu.
"Bye bye om-papi." Nadine melambaikan tangannya begitu mobil Dylan melaju meninggalkan perkarangan rumah.
"Gapin masih lama?" Nadine kembali duduk di ayunan tadi.
"Bentar mau nyalim mami dulu."
"Ikut." Gadis itu berlari kecil menyusul Gavin yang sudah masuk kedalam rumah.
"Moning Hekal." Sapa Nadine sambil mengelus kepala Haikal yang sedang meminum susunya.
"Moning juga teh Nana." Balas Haikal meletelakkan gelasnya.
"Mami, Nadine sekolah dulu ya." Nadine mencium pipi kanan Ana.
"Yang bener belajarnya, jangan bolos. Kamu mah kebiasaan, ciumnya basah." Wanita itu mengelap pipinya menggunakan tissu.
KAMU SEDANG MEMBACA
SAPRI
Teen Fiction[FOLLOW SEBELUM MEMBACA] Sapri atau kepanjangnya Sandjaya's Princess merupakan sebutan yang saudara dan teman-teman Nadine tujukan padanya. Nadine, si cucu perempuan terakhir Sandjaya yang sifatnya berbanding kebalik dengan Pratami, sepupu perempuan...