e x p i r e d

305 43 20
                                    


"Cari temen tuh yang pintar sekalian yang waras juga, biar ga ketularan bodoh kaya gue sekarang nih." -Putra, manusia pintar yang terkontaminasi virus kebodohan.

•••

Aji langsung meletakkan pisaunya kasar begitu bel apartementnya berbunyi terus-terusan

Cowok itu menatap dua manusia yang ada didepannya, lagi ngemili kentang udah digoreng sama Aine.

"Gue tau kalian berdua emang ga guna, tapi seenggaknya gue minta tolong banget sama salah satu dari kalian buat bukain tuh pintu." Aji memindahkan piring berisi sosis yang selesai digoreng Aine kedepan kedua orang itu.

Aine yang melihat itu pun mengambil balik piringnya dan meletakkannya disamping kompor, tempat yang jauh dari jangkauan Dian dan Agam, "kalau lo letak situ yang ada dimakan sama mereka  semua bego."

Aji mengambil piring itu, "kalau disana makan tempat."

"Ya seenggaknya ga dimakan sama mereka." Balas Aine merebut kembali piring itu.

"Entar kena minyak gimana."

"Mending kena minyak dari pada hilang keperut mereka semua."

Agam menyenggol lengan Dian disampingnya, "bukain gih."

"Putra tolong bukain pintu dong!" Teriak Dian tetap melanjutkan makannya, mengabaikan keributan didepannya.

Putra yang duduk diruang tengah, menemani Claudia makan pun bangkit dan berjalan membuka pintu.

Nando langsung mendorong pintu dan masuk melewati Putra begitu saja begitu pintu yang dibuka Putra terbuka setengah.

"Tuh anak kenapa?" Tanya Putra menatap punggung Nando yang menjauh.

Nadine mengangkat bahunya acuh, "kalo yang itu, kenapa?" Tunjuknya pada Claudia.

"Ga dikasih masuk dapur sama yang punya rumah." Putra menunjuk dapur yang disana terdapat Aji dan Aine yang lagi rebutan piring.

Nadine menatap kearah yang ditunjuk Putra sebentar, dia suka heran kenapa dia bisa betah temenan sama manusia-manusia ini. Padahal tiap hari kerjaan mereka ribut mulu.

"Kenapa ga delivery aja?" Nadine meletakkan tasnya dibelakang sofa yang diduduki Claudia.

"Kata si Aji bahan makanan dia udah pada hampir expired semua, jadi sama dia dimasak aja biar dia ga rugi katanya."

"Kelihatan emang bibit koko koko cinanya." Gumam Nadine dengan mata yang mengarah kedapur.

"Yang lain mana?" Tanya Bian yang baru saja masuk dengan Chilla yang masih nemplok dilengannya.

"Tuh." Putra menunjuk pintu balkon apartement Aji yang terbuka.

Bian melepaskan tangan Chilla dari lengannya, "gue mau nyebat dulu, lu sama Claudia aja noh. Lagian sampe kapan pun nomornya dia ga bakal gue kasih sama lu."

Chilla menghentakkan kakinya, lalu menatap cowok itu tajam.

"Awas aja lu ada perlu ama gue, ga akan gue bantu." Ancamnya pada Bian.

Bian mengerutkan keningnya, "emang selama ini gue perlu apa sama lu."

Chilla langsung menatap Bian sinis begitu mendengar balasan cowok itu, ga tau diri emang nih manusia satu.

"Bantuin lu kabur dari bokap nyokap lo lah. Awas aja lu siap ini nelpon-nelpon atau spam chat gue suruh bilangin ke bokap nyokap lo kalau lo lagi sama gue. Ga bakal mau gue, lihat aja." Chilla duduk disamping Claudia yang lagi memasang wajah kesalnya.

"Chil, ih gitu amat lu. Chilla." Rengek Bian membujuk Chilla.

"Bodo."

"Chilla." Panggil Bian dengan nada memelas.

"Lo bisa diam ga?" Tanya Claudia menatap Bian yang duduk disamping Chilla sinis.

Bian sontak diam, semenyeramkan apa pun dia, kalau Claudia udah mode sinis gini, tetap aja dia kalah serem.

"Mampus." Ejek Chilla tanpa suara.

Bian mengabaikan ejekan Chilla, cowok itu kembali melanjutkan acara 'membujuk Chilla untuk kehidupan yang lebih damai' dengan suara pelannya.

Nadine menggeleng kepalanya melihat tingkah temannya itu, lalu ia beranjak dari tempatnya.

"Lu mau kemana?" Tanya Putra menahan pergerakan Nadine.

Nadine menunjuk dapur, "bantu masak, takutnya entar di dapur ada acara bunuh-bunuhan."

Putra menatap punggung Nadine sebentar, lalu beralih ke Bian yang masih membujuk Chilla.

"Udah lu ikut gue aja ayo." Ajak Putra sambil menarik kerah seragam Bian ke balkon.

"Entar nasib gue gimana." Bian berhenti, menahan tangan Putra yang memegang kerahnya.

"Gue yang bilang ke bonyok lo." Ucap Pura yang membuat Bian menurut.

Bian membiarkan Putra menarik kerahnya dan langsung berbalik begitu cowok itu melepaskan tarikannya.

Dia menatap kumpulan manusia berjenis kelamin jantan didepannya yang juga masih menggunakan seragam sekolah mereka.

"Tumben lu nyebat tau tempat gini, biasanya terobos aje." Bilangnya pada Kevin yang mendapatkan pelototan tajam dari Kevin.

Gavin yang mendengar kata nyebat pun menoleh kearah Kevin, menatap cowok itu tajam. Pantas saja dari tadi ia terus mencium bau asap rokok, orang Kevin ngerokok sambil membelakanginya.

Bian mengeluarkan rokok dari kantongnya, lalu duduk disamping Gavin.

"Sikoala lagi mode senggol bacok. Keknya habis berantem sama kokonya." Balas Kevin mematikan rokoknya.

Gavin menahan tangan Bian yang hendak menghidupkan rokoknya, "ini aja."

Ia memberikan Bian satu bungus permen kaki yang sebelumnya dia ambil dari tangan Gabriel.

"Tadi kokonya kesini?" Tanya Nando juga mengambil permen Gabriel.

Kevin mengangguk, "masuk-masuk eh ada kokonya disofa nonton tv, sama Aji diajak ngobrol ke kamar. Ga berapa lama habis tuh kokonya keluar terus bilang gini sambil lihat kita-kita sinis, "kalian jangan ajak Aji main yang aneh-aneh lagi." Siap ngomong begitu kokonya langsung didorong keluar sama Aji sambil tuh anak marah-marah pake bahasa alien." Jelasnya.

"Terus terus?" Tanya Putra yang sebenarnya baru datang setengah jam sebelum Nadine datang.

"Terus terus ya nabrak tembok lah, gimana sih lu. Gue yang otaknya pas-pasan aja tau, masa lu yang sepuluh besar begitu doang kagak tau sih." Sahut Gabriel sambil membuka bungkus permen terakhirnya.

Bian menunjuk Gabriel, "ini pawangnya mana dah, masa peliharaannya dibiarin gini aja. Kalau dibunuh orang kan jadi gue yang dipenjara."

Bian menatap Gabriel yang duduk disebrangnya sinis, pengen banget rasanya dia usir manusia satu ini dari circle pertemanannya. Tapi kalau dia usir, entar yang bantuin dia sama yang lain kabur dari pak Surya siapa.

"Emang lu ngapain kok sampe bisa dipenjara?"

Bian menatap Putra malas, "ya karena ngebunuh dia lah, gimana sih lu. Makanya, udah tau pinter malah main sama orang yang otaknya cuma secuil, jadi ikutan bodoh kan lu."

~Kkeut

Aku re-publish soalnya ceritanya kepotong.
Salah aku publishnya buru-buru jadi ga sempet ngoreksi ulang.

Maap atas ke tidak nyamanannya temen-temen < (_ _)>

SAPRITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang