j a k e t

299 39 16
                                    


"Ibadah gih. Udah didunia jadi beban masa iya di akhirat lu jadi beban juga, ga bosan apa?" -Bian, yang habis tuh ditampol kepalanya sama Aine. Soalnya jadi orang suka ga ngaca.

•••

Nadine buru-buru menghabiskan makannya begitu bel tanda upacara berbunyi.

"Mpok nasi gorengnya Nadine bayar nanti siap upacara! Sekalian nitip tas ya." Teriak Nadine berlari menuju lapangan upacara.

Nadine berhenti sebentar dan jinjit untuk melihat dimana barisan kelasnya berada. Mampus. Kelasnya baris dipojok lapangan. Mana disana ada pak Bondan lagi.

Nadine menghela napas dan hendak berlari menuju anak kelasnya sebelum seseorang menahan tangannya.

"Baris sini aja." Orang itu menariknya baris dibarisan kelas sepuluh.

Nadine menghempaskan tangan orang itu dari tangannya, "ogah, emang lu siapa ngatur-ngatur."

"Gue adek lu." Juna berbalik menghadap Nadine, "jaket lu lepas ntar diambil bk."

"Rok gue pendek, ga nyaman." Bilang Nadine menahan tangan Juna yang hendak membuka ikatan lengan jaket dipinggangnya.

Juna diam sebentar, "kalian maju." Suruhnya pada dua perempuan yang baris dibelakang Nadine dan menarik Nadine mundur.

"Udah, gue jaga dibelakang lo." Juna mengambil jaket itu dan berdiri dibelakang Nadine.

Upacara pagi ini berlangsung dengan cepat karena guru yang memberi amanat hanya memberi amanat yang singkat.

Nadine membuka topinya dan mengilap keringat dikeningnya. Tapi pergerakannnya kalah cepat dengan Juna yang langsung mengilap keringatnya dengan tissu.

"Nih." Juna memberikan tissu tadi pada Nadine dan mengikatkan jaket tadi ke pinggang Nadine.

"Thank you." Bilang Nadine menatap Juna dan berjalan menuju kantin.

Seperti biasanya, kantin setelah upacara selalu ramai. Nadine langsung berjalan menuju etalase nasi goreng mbok Jum saat tidak mendapati tasnya dimeja tempatnya makan tadi.

"Nih mbok." Nadine memberi uang lima puluh ribu, "baliknya untuk mbok aja." Lanjutnya saat mbok Jum mau membalikkan kembaliannya.

"Makasih Prik, oh ya ini tas lu. Tadi gue ambil, takut entar hilang." Mbok Jum memberikan tas Nadine.

"Makasih mbok." Ucap Nadine dan berjalan keluar kantin menuju kelasnya.

Nadine sebenarnya mau bolos aja, tapi entar ada ulangan. Jadi dia masuk kelas deh, daripada kena marah lagi sama opanya kan.

"Widih, Sapri anak kebanggaan pak botak kesambet apaan nih. Kok tiba-tiba jadi rapi begini penampilannya." Celetuk Kevin yang lagi duduk dimeja guru begitu Nadine berjalan melewatinya.

Biasa, anaknya lagi gibah sama ciwi-ciwi lambe turah.

"Kesambet hantu salad gue tadi pagi." Balas Nadine meletakkan tasnya dimeja, menimbukan suara debuman lumayan keras.

"Tumben tas lu berat." Ucap Aine heran.

"Bawa batu dia mah biar kelihatan kayak bawa buku." Sahut Bian disamping Nadine dengan mata yang fokus pada handphone ditangannya.

SAPRITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang