Hai balik lagi..
Yuklah lanjut baca saja..
.
Biasakan vote sebelum baca
Happy reading.
.
."Hasan dan Husain, lucu ya?" Ucap Azzam menatap istrinya penuh arti.
"Jangan macam-macam kamu ya, mas. Aku lagi datang bulan ini" ucap Maryam membuat Azzam menunduk lesu.
Maryam langsung memeluk suaminya dari samping. "Asal kamu tau, aku juga mau memiliki anak laki-laki" ucap Maryam lembut.
"Tidak bohongkan?" Tanya Azzam meyakinkan.
"Iya mas, aku juga mau kalau ada yang lindungin kedua putri kita selain kamu" ucap Maryam mendongak menatap suaminya yang juga melihatnya. "Semenjak kak Yusuf baru punya Haikal, aku itu senang banget jagin dia. Dan sejak pertama menikah denganmu akutuh pengen juga punya anak laki-laki, tapi rejeki kita baru memiliki dua anak perempuan" Maryam menyembunyikan wajahnya dilengan suaminya.
Azzam menangkup kedua pipi istrinya. "Kita masih punya banyak kesempatan untuk wujutin itu. Apalagi kamu masih muda" Maryam mengangguk mendengar ucapan suaminya. "Kita akan terus berusaha, sampai memiliki satu jagoan"
"Tapi mas kata dokter..." "Sayang, kamu lupa apa yang pernah kakak kamu bilang. Dokter itu bukan tuhan. Dan tuhan tidak akan pernah meninggalkan hambanya meski hambanya bergelimangan dosa sekalipun" Azzam memberikan pengertian. Maryam tersenyum sebelum masuk kedalam pelukan suaminya.
"Kita masih bisa berusaha. Kamu maukan kalau kita berjuang dan berusaha bersama-sama?" Tanya Azzam dan Maryam mengangguk dalam pelukannya.
"Yaudah kalau begitu kita mulai usahanya"
"Mas aku serius. Aku lagi datang bulan. Baru tadi pagi dapatnya" ucap Maryam menatap wajah suaminya serius.
Azzam menghela nafas pelan. "Baiklah, tidak apa-apa" ucap Azzam membawa istrinya kembali kedalam pelukannya. "Memelukmu saja, sudah cukup bagiku" bisik Azzam membuat Maryam tersenyum dalam pelukan hangat suaminya.
"Yakin cukup?" Tanya Maryam menjauhkan wajahnya untuk menatap wajah suaminya.
"Sebenarnya, tidak. Tapi mau bagaimana lagi" Azzam mengusap kepala istrinya dengan lembut. "Aku tidak mungkin mau paksa kamu" lanjutnya dengan tersenyum.
"Aku sayang kamu, mas" Maryam kembali memeluk erat tubuh suaminya.
"Jangan kencang-kencang peluknya"
"Kenapa?" Maryam kembali menjauhkan wajahnya.
"Aku pengen buang angin" Azzam menyengir, memamerkan giginya.
"Iih.. mas jorok" Maryam mendorong pelan tubuh suaminya.
"Belum sayang, baru pengen" ucap Azzam kemudian berdiri dari duduknya. "Yaudah aku mau ke toilet dulu" Azzam berucap sebelum melangkah meninggalkan istrinya.
Maryam hanya bisa menggeleng melihat langkah buru-buru suaminya. Maryam mengambil hpnya yang ia letakkan di sampingnya. Tepat di saat bersamaan hpnya berdering, nama Harry tertera di layarnya.
Maryam berfikir sejenak sebelum memutuskan untuk mengangkat panggilannya.
'assalamu'alaikum'
"Wa'alaikumussalam" jawab Maryam. "Langsung ke intinya saja" ucap Maryam tidak ingin basa-basi.
Maryam menunggu ucapan yang akan dikeluarkan orang diseberang telponnya. Tapi cukup lama menunggu, masih juga belum ada suara.
"Kalau tidak ada yang ingin kau katakan. Aku tutup telep..." 'Aku hanya ingin bertanya'
KAMU SEDANG MEMBACA
DAS
General FictionPilihanku jatuh padanya. Dia seorang duda dan memiliki satu anak. Entahlah aku tidak tau kenapa bisa dia yang kupilih padahal masih banyak surat lamaran dari para laki-laki muda lainnya Meraih cintanya adalah perjuangan yang sangat keras yang harus...