chapter 7 DAS

4.7K 322 4
                                    

Biasakan vote sebelum baca
Happy reading

.
.
.


Maryam melamun di taman belakang rumah suaminya. Ya, semenjak resmi menjadi seorang istri dari seorang Amirullah Azzam Bair seminggu yang lalu, Maryam memang tinggal rumah ini

"Maryam" Maryam terkejut saat seseorang menyentuh bahunya

"Iya Bu, ada apa?" Maryam tersenyum pada ibu mertuanya kemudian menggeser posisi duduknya untuk memberikan tempat pada ibu mertuanya

"Kenapa melamun disini?" Tanya Cita dengan lembut

"Tidak Bu. Maryam hanya mencari angin saja"

"Jangan berbohong pada ibu" Cita mengusap kepala Maryam dengan lembut. "Memikirkan sikap putra ibu?" Tanya Cita akhirnya

Maryam menghela nafas pelan kemudian menunduk. "Kamu yang sabar ya hadapi Azzam. Dia masih belum bisa melupakan masa lalunya yang kurang baik" Cita merangkul bahu Maryam dan membuat Maryam bersandar di bahunya

"Ibu minta kamu bertahan sama putra ibu" Cita berucap sedikit memohon. "Tapi jika akhirnya kau lelah, ibu ikhlas kalau kamu memilih pergi" Maryam memejamkan kedua matanya. Apakah ia bisa bertahan lama menghadapi suaminya yang sama sekali tidak menganggap ia ada

"Kalau bukan untuk putra ibu. Kamu bisa berusaha bertahan untuk ibu dan Fika. Kau taukan kalau Fika sangat menyayangimu" Maryam mengangguk

"In shaa Allah, Bu" Maryam berucap pelan

"Ibu senang lihat Fika belakangan ini banyak tersenyum dan tertawa. Kau tau, dulu dia sangat tertutup pada semua orang" Cita menatap sayang putri bungsu temannya, yang kini telah menjadi menantunya

Cita sadar jika putranya sama sekali tidak pernah menganggap keberadaan Maryam dirumah ini sebagai istrinya. Ia selalu berdo'a agar putranya bisa cepat berubah karena ia takut jika akhirnya putranya merasakan yang namanya penyesalan

Menurutnya Maryam adalah wanita yang sangat baik. Mengingat Maryam yang menerima pernikahan ini dengan ikhlas meski ia tau status putranya yang seorang duda anak satu

"Sekarang kau lihat Fika, dia begitu ceria dan sangat terbuka padamu. Ibu pikir adanya Fika adalah cara Tuhan untuk menyatukan kalian"

Maryam hanya bisa diam mendengarkan ucapan ibu mertuanya. Ia juga sangat senang jika Fika bisa berubah ceria seperti itu karena dirinya dan ia juga sangat menyayangi Fika seperti anak kandungnya sendiri

"Sekarang Fika adalah putriku juga. Aku akan menjaganya membuatnya selalu bahagia" Maryam menegakkan duduknya kemudian menatap ibu mertuanya dengan tersenyum

"Ibu senang mendengarnya. Fika sangat beruntung memiliki bunda sepertimu"

"Bunda" Maryam langsung berbalik saat mendengar teriakkan putrinya

"Eh putri bunda akhirnya pulang juga" Maryam menangkap tubuh putrinya yang berlari kearahnya. "Bagaimana jalan-jalannya sama kak Syifa dan kak Haikal?" Maryam bertanya setelah memangku tubuh putrinya

"Fika senang banget. Kita main banyak pelmainan, bunda. Lain kali Fika mau pelgi lagi sama kak Haikal dan kak Syifa" Fika menjelaskan dengan sangat semangat

"Bagus deh kalau anaknya bunda senang jalan sama kakak-kakaknya" Maryam mengecup pipi putrinya dengan gemas

"Tapi bunda" Fika kembali menatap wajah bundanya. "Tadi ada pelempuan malahin Fika sama kak Syifa, katanya kita nakal gangguin kak Haikal" Maryam mengusap pipi putrinya dengan lembut

DASTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang