Hai balik lagi nihh...
Terima kasih atas dukungan kalian sampai chapter ini..Yuklah lanjut baca lagi..
.
Biasakan vote sebelum baca
Happy reading 😘.
.
."Mas" panggil Maryam pelan, pada suaminya yang masih terlihat sibuk didepan laptop, padahal hari sudah semakin larut.
"Mas, udah dong kerjanya. Ayo kita tidur, Maryam udah ngantuk" Maryam memeluk suaminya yang duduk di kursi kerjanya, dari belakang.
"Kamu tidur duluan saja. Soalnya ini sisa sedikit, nanggung kalau mau dilanjut besok lagi" ucap Azzam lembut sembari mengusap punggung tangan istrinya dengan tangan kirinya sedangkan tangan kanan dan tatapannya tetap fokus ke laptopnya.
Maryam malah menyembunyikan wajahnya di leher suaminya, "tidak mau tidur sendiri" ucapnya pelan.
Azzam melanjutkan ketikannya beberapa saat sebelum menyimpan file tersebut kemudian mematikan laptopnya.
"Ayo tidur" ajaknya pada istrinya yang masih bertingkah manja kepadanya.
Azzam menuntun istrinya berjalan kemudian membantunya berbaring. Kandungan istrinya yang kini sudah menginjak usia 9 bulan, membuat Azzam harus ekstra waspada karena tidak menutup kemungkinan istrinya melahirkan kapan saja.
Azzam duduk dipinggir kasur kemudian mengusap rambut istrinya dengan lembut. "Berdo'a dulu" ucap Azzam mengingatkan saat melihat istrinya yang sudah memejamkan matanya.
"Sudah tadi" ucapnya kembali membuka matanya. "Kamu juga tidur, mas" Maryam menepuk tempat kosong disampingnya. "Aku mau peluk" lanjutnya dengan nada manja.
"Kamukan susah kalau mau tidur sambil peluk" ucap Azzam pelan.
"Baring dulu" ucapnya memaksa.
"Baik-baik, istriku sayang" Azzam berjalan memutar, kemudian membaringkan tubuhnya di sisi kosong, disamping istrinya.
"Nih suda.." ucapan Azzam terhenti saat istrinya menarik tangan kirinya agar melingkari perut buncitnya.
"Aku tidak bisa peluk kamu, mas. Tapi kamu bisa peluk aku" ucap Maryam membuat Azzam tersenyum.
"Yaudah kamu baring di sini" Azzam menepuk lengan atasnya.
Maryam dengan semangat mengangkat sedikit kepalanya, dan kembali membaringkan kepalanya di lengan suaminya.
"Memangnya tangan mas tidak akan kram?"
"Apa aku harus jawab?" Azzam bertanya balik membuat Maryam menyengir polos.
"Ya.." "cukup bicaranya. Kamu dari tadi udah ngeluh ngantuk. Jadi sekarang tidur!"
Maryam tersenyum sembari mulai memejamkan kedua matanya. "Aku sayang kamu mas" lirihnya.
"Aku lebih sayang lagi sama kamu. Mimpi indah sayangku" bisik Azzam ditelinga istrinya kemudian mengecup kening istrinya sangat lama.
*
"Ya Allah sayang, tenang dulu" Azzam mengikuti langkah cepat istrinya yang sedang mencari hpnya."Hp aku dimana sih?" Keluhnya mulai kelelahan berjalan dan memilih mendudukkan dirinya di salah satu sofa panjang ruang tamu.
"Untuk apa sih, sayang?" Azzam ikut mendudukkan dirinya di samping istrinya.
"Aku mau nelpon kak Yusuf. Agar dia nginap disini" Maryam menyandarkan kepalanya di bahu suaminya.
"Yaudah pakai hpku saja" Azzam menyodorkan hpnya yang baru saja ia ambil dari saku celananya. "Memangnya Yusuf bisa?, bukannya Laila sekarang lagi hamil tua?. Kamu dan Laila kan hanya selisih dua bulan" Maryam langsung menurunkan hp suaminya yang belum sempat ia tekan ikon panggil.
KAMU SEDANG MEMBACA
DAS
General FictionPilihanku jatuh padanya. Dia seorang duda dan memiliki satu anak. Entahlah aku tidak tau kenapa bisa dia yang kupilih padahal masih banyak surat lamaran dari para laki-laki muda lainnya Meraih cintanya adalah perjuangan yang sangat keras yang harus...