chapter 17 DAS

4.2K 223 4
                                    

Hai..
Balik lagi nih..
Ada yang kangen?..
Semoga saja ada..

Yuklah lanjut baca lagi..

Biasakan vote sebelum baca
Happy reading

.
.
.



"Azzam, maafkan aku. Kumohon kembalilah kepadaku. Aku masih sangat mencintaimu" Azzam mundur tiga langkah.

"Cukup Sarah. Cukup" Azzam berucap tegas. "Kumohon jangan pernah ganggu aku dan keluargaku lagi" pinta Azzam memohon pada mantan istrinya itu.

"Kuingatkan kau Azzam!. Fika itu adalah putriku, darah dagingku" ucap Sarah marah karena Azzam tetap menolak dirinya.

"Kau bukanlah ibu putriku setelah dengan teganya kau lepas tanggung jawab darinya saat ia baru saja terlahir ke dunia" ucap Azzam dengan sinis. "Tidak ingatkah kau?, Yang bahkan beberapa kali ingin membunuhnya saat ia masih didalam kandunganmu" ucap Azzam lagi dengan rahangnya yang sudah mengetat.

"Waktu itu aku khilaf, Azzam. Kumohon maafkan aku" Sarah kembali memohon.

"Khilaf?" Tanya Azzam sinis. "Khilaf yang kau ulangi berulang-ulang kali?"

"Maafkan aku Azzam. Saat itu aku hanya belum siap" mohon Sarah lagi.

"Cukup Sarah, cukup kubilang!" Marah Azzam. "Untuk terakhir kalinya kuperingatkan padamu jangan pernah ganggu hidupku lagi" ucap Azzam terakhir kali sebelum akhirnya melangkah meninggalkan mantan istrinya itu.

"Azzam" teriak Sarah tidak terima Azzam menolak dan bahkan meninggalkannya begitu saja.

"Akan kubuat kau menyesal karena menolakku Azzam!" Teriak Sarah lagi.

"Hanya aku yang berhak atas dirimu, Azzam. Lihat saja nanti" ucapnya dengan tersenyum jahat.

.
"Mas, jangan terlalu keras begitu kepada mbak Sarah" nasehat Maryam saat Azzam sudah duduk di kursi kemudi mobilnya.

"Tidak bisa sayang. Sarah itu harus dikasih ketegasan" Azzam menggenggam tangan istrinya dengan lembut.

"Tapi mas, mbak Sarah itu ibu kandungnya Fika"

"Sayang" Azzam membawa istrinya kepelukannya. "Hanya kamu bundanya Fika dan Zahwa, tidak ada yang lainnya" ucapnya kemudian mengecup kening istrinya cukup lama.

"Mas, malu" rengek Maryam.

"Kamunya malu. Tapi Zahwa nya bahagia, iyakan sayang?" Tanya Azzam pada putrinya yang tersenyum kecil menatapnya.

Maryam juga menunduk menatap putrinya yang ada didalam pelukannya. "Zahwa cantiknya ayah" Azzam mencubit pelan pipi putrinya.

"Aku punya tiga bidadari yang harus aku jaga. Terutama bidadari yang ini.." Azzam mencubit gemas pipi istrinya. "Karena kalau tidak ada bidadari yang ini, tidak akan ada bidadari atau bidadara yang lainnya dirumah kita"

"Kamu bisa saja" ucap Maryam dengan pipi bersemu merah.

"Aku bersungguh-sungguh, sayangku. Bidadari yang keduaku adalah Fika. Seandainya waktu Sarah ninggalin aku tidak ada Fika, mungkin aku sudah putus asa. Dan lagi kalau bukan karena Fika, aku tidak akan menemukan bidadari pertamaku"

Maryam menatap suaminya dengan tersenyum malu. "Ngegombal Mulu" ucapnya cemberut.

"Aku tidak gombal, sayang. Ini murni dari dalam sini.." tunjuk Azzam kedada kirinya. "Aku sudah sangat bersyukur karena memiliki kamu dan kedua putri kita"

DASTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang