Biasakan vote sebelum baca
Happy reading.
.
.Maryam menatap kakaknya khawatir. Tapi tangannya terus mengusap bahu kakak iparnya yang terlihat sangat sedih dan khawatir.
"Kakak jangan terlalu khawatir seperti ini, kak Yusuf pasti baik-baik saja." Ucap Maryam menenangkan.
"Kakak tidak bisa Maryam, mas Yusuf itu jarang sakit seperti ini. Jadi jika dia sakit kakak tidak akan bisa tenang."
Maryam memeluk tubuh kakak iparnya dari samping. "Kakak salah karena tidak bisa membantah ucapan kakakmu. Kakak harusnya bisa larang dia mengerjakan pekerjaan rumah. Kakak haru.." "udah kakak, sekarang kakak tenangin diri dulu. Kita hanya harus berdo'a kepada Allah, agar kak Yusuf baik-baik saja." Maryam berusaha menenangkan kakak iparnya, ia tidak mau jika kakak iparnya sampai sakit.
Pintu ruangan itu terbuka dari luar. Maryam melihat kearah pintu dan senyumnya langsung terbit saat melihat suaminya berdiri di sana.
"Sayang, bagaimana Yusuf. Sudah sadarkah?" Tanya Azzam berjalan mendekati istrinya.
"Belum mas." Tatapan Maryam beralih ke wajah kakaknya yang terlihat sangat pucat.
"Bunda, ayah kenapa?" Akhirnya tatapan kakak iparnya beralih dari sang suami.
"Aku sengaja bawa Manaf kesini." Jelas Azzam saat melihat tatapan bertanya istrinya.
"Ayah tidak apa-apa, nak." Maryam melihat kakaknya yang langsung memeluk erat tubuh kecil putranya.
"Istiratlah!, Sudah seharian kamu duduk disini." Ucap Azzam pada kakak iparnya. Laila menggeleng sebagai bentuk penolakan.
"Yusuf tidak akan suka, jika tau kamu seperti ini." Ucap Azzam lagi. "Kasihan juga Bisma, dia butuh kamu." ucap Azzam membuat kakak iparnya akhirnya berdiri dari duduknya, terlihat penyesalan di wajahnya.
"Aku titip mas Yusuf ya." Ucap Laila pelan. "Cepatlah sembuh, mas" ucapnya pada suaminya kemudian mengecup kening suaminya cukup lama.
"Aku pergi dul..." "Aku sekalian nitip Maryam sama kamu, tidak baik dia disini." Ucap Azzam memotong.
"Mas." Protes Maryam tidak terima.
"Kamu lagi mengandung sayang. Aku tidak mau kalau kamu kelelahan apalagi sampai sakit." Maryam menatap suaminya cemberut. "Mas bisa jaga kakakmu sendirian. Lagi pula kak Raihan juga dalam perjalanan kesini" ucap Azzam menenangkan.
"Tapi mas.." "ini sudah malam sayang." Ucapnya penuh permohonan.
"Baiklah." Pasrahnya.
Maryam akhirnya berjalan keluar ruangan itu beriringan bersama kakak ipar dan keponakannya.
.
"Mas, apa kak Yusuf sudah sadar?" Tanya Maryam saat menghubungi suaminya. Saat ini ia bersama mertua dan anak-anaknya, menginap dirumah kakaknya, Yusuf. Selain mereka ada juga ayah, bunda dan keluarga kakak angkatnya.'Belum sayang. Nanti kalau kakakmu sudah sadar, aku akan segera mengabarimu.'
'Ngomong-ngomong kenapa kamu belum tidur, sayang?'
"Aku tidak bisa tidur. Aku kangen kamu" Maryam memanyunkan bibirnya.
'Aku lebih kangen kamu, sayang. Maaf ya tidak bisa menemanimu kali ini.'
"Tidak apa-apa, mas."
'Sekarang kamu istirahat ya!. Aku tidak mau kalau kamu sampai kekurangan istirahat. Ingatkan kalau kamu lagi mengandung?'
KAMU SEDANG MEMBACA
DAS
General FictionPilihanku jatuh padanya. Dia seorang duda dan memiliki satu anak. Entahlah aku tidak tau kenapa bisa dia yang kupilih padahal masih banyak surat lamaran dari para laki-laki muda lainnya Meraih cintanya adalah perjuangan yang sangat keras yang harus...