ekstra chapter DAS

3.8K 135 5
                                    

Biasakan vote sebelum baca
Happy reading

.
.
.

"Ya Allah mas.." Maryam diam membatu saat melihat suaminya yang berlutut didepannya dengan mengulurkan sebuket bunga mawar warna merah.

"Selamat ulang tahun, sayang" ucap Azzam dengan senyum lebar.

"Mas kamu.." "maaf ya sudah bikin kamu nangis terus hari ini?" Azzam berdiri dari duduknya kemudian mengusap pipi istrinya yang basah oleh air mata.

"Mas kamu jahat" Maryam mendorong dada suaminya agar sedikit menjauh darinya. "Kamu tau aku bingung saat kamu tiba-tiba marah-marah tidak jelas?. Belum lagi sedihku hilang Yani kabarin aku kalau kamu kecelakaan dan kondisi kamu parah. Ya Tuhan mas, kamu tau, tidak? Aku merasa seperti duniaku runtuh tadi. Aku takut kamu meninggalkanku. Aku..." "Ssttt maaafkan aku, sayang" Azzam langsung membawa istrinya kedalam pelukannya. Tangis Maryam kembali pecah saat itu juga.

Azzam mengecup kening istrinya cukup lama kemudian menatap wajah sembab istrinya. "Udah dong nangisnya. Akukan sudah minta maaf" ucap Azzam kembali mengusap air mata yang mengalir dipipi chaby istrinya.

"Aku takut" lirih Maryam.

"Maaf sayang maaf. Aku baik-baik saja kok" Azzam menangkup kedua pipi chaby istrinya agar menatapnya.

"I..ini ke..napa?" Tanya Maryam sesegukan sembari menyentuh pipi kiri suaminya yang terdapat lebam.

"Ah itu.." Azzam gugup saat ingin menjawab. "Aku kasih tau tapi kamu jangan ketawa ya?" Maryam mengangguk mengiyakan sembari mengusap lembut pipi suaminya.

"Kak Raihan yang mukul" ucap Azzam menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.

"Kok bisa?" Tanya Maryam penasaran.

"Kak Raihan tadi lihat kamu menangis pas di TK Zahwa dan aku hanya diam saja" ucap Azzam membuat Maryam tersenyum.

"Makanya jangan bikin aku nangis" ucap Maryam membuat Azzam mengusap kepala istrinya dengan gemas.

Maryam mengambil buket bunga mawar merah yang ada ditangan suaminya lalu mengirup wangi bunga itu dengan mata terpejam dan senyumnya yang mengembang.

"Iya aku sih pikun. Lupa kalau kamukan punya banyak bodyguard" ucap Azzam merangkul bahu istrinya. Mengajak istrinya berjalan mendekati meja makan berukuran sedang yang sudah terisi beberapa macam makanan dan beberapa hiasan cantik.

"Untung bukan ketua bodyguard-ku yang pukul kamu" ucap Maryam tersenyum.

"Aku tidak takut kalau dipukul. Tapi yang aku takut itu kalau ayahmu memecatku menjadi menantunya dan suami dari putri cantiknya ini" ucap Azzam mencubit gemas kedua pipi chaby istrinya. Kemudian Azzam menarik kursi kebelakang, "silahkan duduk bidadari surgaku" ucapnya mempersilahkan istrinya untuk duduk.

"Terima kasih, mas" ucap Maryam dengan senyum lebar.

Azzam menarik kursi yang lain untuknya. Kursi yang awalnya terletak bersebrangan dengan kursi istrinya, Azzam memindahkannya ke samping istrinya.

"Kenapa disitu?" Tanya Maryam bingung.

Azzam mendudukkan dirinya di kursi itu. "Biar bisa lihat bidadarinya mas dari dekat" Azzam menopang dagunya menghadap istrinya.

Maryam menunduk dengan senyum malu-malu.

"Cantik"
Maryam kembali melihat ke arah suaminya yang masih dalam posisi yang sama.

"Kamu cantik, sayang" ucap Azzam lagi. Maryam berkedip cepat. "Gemesnya" Azzam mencubit gemas sebelah pipi chaby istrinya.

"Aku malu" Maryam akhirnya menyembunyikan wajahnya dipelukan suaminya.

DASTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang