Hai balik lagi nih..
Terima kasih bagi yang udah baca sampai chapter ini..
Yaudah deh lanjut lagi..
.
Biasakan vote sebelum baca
Happy reading 😘.
.
."Eh Maryam" Laila yang membuka pintu terkejut melihat adik iparnya di sana. Ia melihat kebelakang adik iparnya. "Ayo masuk dulu" ajaknya merangkul bahu adik iparnya yang kini tengah mengandung.
"Kenapa tidak bilang-bilang kalau mau datang, biar kakak bisa bikin kue atau makanan apa gitu" ucap Laila lembut.
"Karena kamu sendiri"
"Hah maksudnya?" Laila tidak mengerti dengan ucapan Azzam."Karena postingan kamu kemarin, Maryam jadi ngidam dan paksa ingin kesini.." "mas" Maryam menegur suaminya yang terlalu jujur.
Laila tertawa pelan. "Ya Allah kalian ini" Laila menatap keduanya yang saling tatap, Maryam dengan marah, Azzam dengan cengengesannya.
"Yaudah tunggu disini, kakak panggil Haikal dulu untuk temani kalian. Soalnya kakak masih banyak pekerjaan" Laila berdiri dari duduknya kemudian berjalan ke salah satu kamar.
"Haikal tidak sekolah?" Tanya Maryam saat kakak iparnya kembali dengan sang putra sulung.
"Guru lagi rapat tante, makanya kita pulang cepat" jawab remaja tampan itu sembari menyalimi tangan om dan tantenya.
"Oh iya Haikal udah mau ujian ya?" Maryam mengingat jika putra sulung kakaknya itu tidak lama lagi masuk SMP.
"Iya tante" ucapnya ramah.
"Haikal temani tante sama om ke kebun ya. Bunda mau urus adek dulu"
"Iya bunda" patuh remaja tampan itu.
"Biar Zahwa titip di sini saja" saran Laila melihat keponakannya yang tertidur lelap dalam gendongan sang ayah.
"Takutnya malah ngerepotin" ucap Maryam tidak enak.
"Tidak kok, lagian kasihan suami kamu pasti capek kalau mau gendong Zahwa terus"
Maryam akhirnya tersenyum kemudian meminta suaminya agar membaringkan putri kecilnya di kamar tamu, rumah sang kakak ipar.
"Ayo om, tante" ajak Haikal pada Maryam dan Azzam.
Dan mereka pun berjalan keluar dari rumah, mengikuti langkah remaja tampan itu.
"Syifa sama Manaf dimana?" Tanya Maryam mengikuti langkah keponakannya.
"Mereka masih di sekolah tante" Maryam mengangguk mengerti.
"Oh iya, Manaf kan masih TK, siapa yang antar dia kesekolah?" Tanya Maryam mengingat hal itu.
"Tadi pagi manaf diantar kakek sama nenek" Maryam mengangguk pelan.
"Nenek sama kakek sering kesini?" Tanya Maryam penasaran.
"Tidak begitu sering. Tante tidak boleh iri ya" Maryam terdiam saat mendengar ucapan keponakannya yang tepat sasaran.
"Sayang, tidak boleh begitu" tegur Azzam menyadari istrinya merasakan apa yang diucapkan oleh keponakannya.
"Maaf, aku hanya kangen ayah sama bunda, tapi mereka tidak pernah kerumah. Jujur Maryam.
"Ayah yang sering jemput nenek sama kakek dari rumah kakek. Ayah tidak mau kalau kakek sama nenek kesepian dirumah kakek" Haikal berucap sembari melihat kearah tantenya.
KAMU SEDANG MEMBACA
DAS
General FictionPilihanku jatuh padanya. Dia seorang duda dan memiliki satu anak. Entahlah aku tidak tau kenapa bisa dia yang kupilih padahal masih banyak surat lamaran dari para laki-laki muda lainnya Meraih cintanya adalah perjuangan yang sangat keras yang harus...