Biasakan vote sebelum baca
Happy reading 😘.
.
."Sayang wajah kamu pucat sekali. Kamu sakit?" Tanya Azzam khawatir setelah Maryam meletakkan secerek air minum diatas meja.
"Tidak apa-apa kok mas, hanya sedikit pusing saja" ucap Maryam tersenyum.
"Tapi sayang.." "mas Maryam baik-baik saja kok. Sekarang mas sarapan, takutnya mas malah telat kekantor. Kasihan juga kalau Fika telat kesekolah" ucap Maryam membuat Azzam menghela nafas pelan. Azzam memakan sarapannya dengan sesekali menatap istrinya yang makan dengan tenang.
"Fika sudah selesai bunda" ucap Fika setelah menghabiskan susunya.
"Yaudah Fika tunggu ayah di ruang tamu" ucap Maryam tersenyum. Fika mengangguk kemudian turun dari kursinya dan berjalan keluar dari ruang makan.
"Bunda, Awa juga sudah selesai" ucap Zahwa mendorong piringnya yang masih terisi setengahnya.
"Kok makanannya tidak dihabisin?" Tanya Maryam lembut sembari mengusap kepala putrinya yang memang duduk di sampingnya.
"Awa.." Zahwa diam beberapa saat kemudian menatap bundanya. "Awa pengen ikut ayah juga" ucapnya pelan.
"Awa.." "yaudah boleh" Azzam dengan cepat memotong ucapan istrinya.
"Mas kamukan.." "tidak apa-apa sayang" Azzam menatap istrinya lembut.
"Terima kasih, ayah" Zahwa turun dari kursinya kemudian berlari kearah ayahnya dan memeluk ayahnya dengan erat.
"Sama-sama sayang" Azzam mengecup gemas pipi chaby putrinya. "Yaudah dihabisin makanannya!" Suruh Azzam.
Zahwa menggeleng pelan. "Udah kenyang" ucapnya cemberut.
"Yaudah tidak apa-apa, tapi susunya dihabisin" Maryam menyodorkan segelas susu putih hangat. Zahwa menerimanya kemudian meminumnya dengan cepat.
"Anak bunda pintar" puji Maryam sembari mengambil gelas kosong yang disodorkan putrinya dan dengan tangan yang satunya, ia mengusap bibir atas putrinya yang terdapat bekas susu. "Awa tunggu didepan sama kakak" Zahwa mengangguk ceria kemudian berlari keluar dari dapur.
"Mas" Maryam mengusap lembut punggung tangan suaminya. "Mas harusnya tidak mengiyakan maunya Zahwa, maskan masih harus kerja" ucap Maryam membuat Azzam tersenyum.
"Sekali-kali tidak apa-apa sayang" Azzam menggenggam tangan istrinya dengan erat. "Kamu tau apa yang Yusuf bilang kemarin?" Tanya Azzam. Maryam menggeleng sebagai jawaban. "Yusuf bilang kalau Zahwa curhat ke dia, Zahwa bilang kalau dia mau kayak teman-temannya yang dijemput oleh ayahnya" ucap Azzam dengan senyum kecil. "Aku baru sadar, jika aku hampir mengulangi kesalahanku dulu, yang terlalu cuek terhadap Fika. Tapi kali ini ke Zahwa" ucapnya sendu.
Maryam tersenyum mendengar ucapan suaminya, kemudian memeluk tubuh suaminya dengan erat. "Tidak apa-apa, anak-anak pasti mengerti kalau kamu cari uang untuk mereka" ucap Maryam lembut.
"Yaudah kamu antar Fika sama Zahwa, nanti mereka malah telat" ucap Maryam mengusap lembut pipi suaminya.
"Trus yang tunggu Zahwa?"
"Nanti aku nyusul sama Zain. Kamukan masih harus kerja"
"Tapi Zahwa.." "tidak apa-apa mas. Masih ada lain waktu, tapi kamu harus izin dulu kerja setengah hari atau ambil cuti sekalian" Maryam menyusun piring kotor menjadi satu kemudian membawanya ke dapur.
"Kok masih diam disini?" Tanya Maryam saat melihat suaminya yang masih duduk ditempatnya.
"Tunggu kamu, sayang" Azzam mengedipkan sebelah matanya kemudian berdiri dari duduknya. "Ayo" Azzam menggandeng tangan istrinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
DAS
General FictionPilihanku jatuh padanya. Dia seorang duda dan memiliki satu anak. Entahlah aku tidak tau kenapa bisa dia yang kupilih padahal masih banyak surat lamaran dari para laki-laki muda lainnya Meraih cintanya adalah perjuangan yang sangat keras yang harus...