Hai balik lagi nih..
Yuklah lanjut baca lagi..Biasakan vote sebelum baca
Happy reading.
.
.Pria itu mendudukkan dirinya kembali disamping bankar yang ditempati wanita itu. Ia baru saja selesai melaksanakan shalat malamnya.
Digenggamnya tangan kanan wanita itu dengan tangan kirinya. "Sayang bangunlah!. Aku kangen kamu, kangen omelanmu setiap pagi, kangen canda tawamu, kangen senyummu, dan semua hal tentangmu" ucap pria itu sembari mengusap pipi wanita itu dengan sangat lembut menggunakan tangan kanannya. "Ini sudah seminggu sayang. Kapan kau mau bangun?. Apa mimpimu sangat indah, makanya kau tidak ingin bangun?. Jika iya, aku berjanji akan memberikanmu kenyataan yang lebih indah, tapi kau harus bangun" memang sudah hampir seminggu wanita itu terbaring lemah di atas bankarnya.
"Sayangku, Maryam Zunairah, mas mohon bangun. Mas kangen kamu" usapan tangan pria itu berpindah dikening wanita itu, yang merupakan Maryam.
"Maryam" lirihnya lagi.
"Kak Azzam istirahatlah dulu!" Pinta Laila yang sedang duduk disamping suaminya sembari memangku si kecil Manaf yang sedang tertidur.
"Tapi Maryam belum sadar" Azzam menolak karena tidak ingin meninggalkan istrinya.
"Mas" Laila menatap kearah suaminya yang sedari tadi hanya diam.
"Aku akan memberikanmu pilihan. Istirahat disini atau membawamu istirahat dirumah dengan cara paksa?" Ucap Yusuf dingin membuat Azzam menatapnya. "Pilih sekarang. Kalau kau tidak memilih maka kusimpulkan, jika kau ingin dibawa pulang dengan cara paksa" lanjut Yusuf membuat Azzam akhirnya menghela nafas pelan kemudian berdiri dari duduknya dan mulai melangkah kearah salah satu sofa panjang.
"Istirahatlah!. Aku yang akan menjaga maryam" Azzam mengangguk kemudian membaringkan tubuhnya di sofa panjang yang ia duduki. Azzam mulai memejamkan matanya.
"Kamu juga istirahatlah, sayang" Azzam masih mendengar ucapan kakak iparnya yang sedang mengobrol dengan sang istri.
"Aku juga akan menjaga maryam bersamamu"
"Ini yang bikin aku tidak mau mengajakmu kesini. Kamu akan kurang istirahat, sayang"
"Tapi, mas.." "Sayang"
"Tapi..." "Kamu harus banyak istirahat sayang, ingat disini ada dedek bayi yang harus kamu jaga"
"Tapi mas, aku mau temani kamu"
"Yang harus kamu pikirkan adalah kamu dan dedek yang ada disini. Kamu lupa yang dokter bilang kandungan kamu itu lemah, sayang"
Azzam cukup terkejut mendengar obrolan kakak iparnya. Karena kakak iparnya itu memang belum memberitahukan kabar bahagia itu kepada semua orang.
"Baiklah mas"
Azzam membuka matanya setelah lama obrolan kak iparnya berakhir. "Kau sudah mendengar semuanya" itu bukan pertanyaan tapi sebuah pernyataan.
Azzam menatap kakak iparnya yang sedang menggendong si kecil Manaf dan sang istri berbaring di pahanya.
Azzam tersenyum kecil dan merubah posisinya menjadi duduk. "Aku turut bahagia" ucap Azzam. "Tapi kenapa kau tidak memberitahukan kabar bahagia ini kepada keluarga yang lain?" Lanjut Azzam bertanya.
Yusuf hanya tersenyum.
"Berapa usianya?" Azzam kembali bertanya.
"Enam Minggu" jawab Yusuf sembari menatap wajah tenang istrinya yang sudah terlelap dalam tidurnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
DAS
General FictionPilihanku jatuh padanya. Dia seorang duda dan memiliki satu anak. Entahlah aku tidak tau kenapa bisa dia yang kupilih padahal masih banyak surat lamaran dari para laki-laki muda lainnya Meraih cintanya adalah perjuangan yang sangat keras yang harus...