chapter 8 DAS

5.1K 313 6
                                    

Balik lagi nih..
Apakah ada yang menunggu DAS update?

Yaudah deh lanjut lagi..

Biasakan vote sebelum baca
Happy reading 😘

.
.
.

"Kau sudah minum obatmu?" Tanya Azzam saat Maryam kembali masuk kedalam kamar mereka setelah membuat sarapan di dapur

"Sudah mas" ucap Maryam tersenyum

Semenjak kejadian sebulan yang lalu, Azzam memang telah menerima Maryam. Tapi ia belum siap memiki anak lagi, jadi ia selalu mengingatkan Maryam untuk meminum obat pencegah kehamilan

"Ayo mas, sarapan dulu" ajak Maryam lembut

Azzam tersenyum lalu meraih tangan istrinya. "Jam berapa bangun?" Tanyanya setelah mengecup telapak tangan Maryam

"Jam setengah empat" Maryam tersenyum mendapatkan perlakuan manis seperti itu dari suaminya

"Kenapa tidak bangunin aku juga. Biar ku bantu masak"

"Kamu tidurnya kelihatan lelap banget, aku tidak tega bangunin" Maryam mengusap pipi suaminya

Azzam menikmati elusan tangan istrinya di pipinya. "Ayo sarapan dulu" ajak maryam menggandeng lengan suaminya

Azzam mengikuti langkah istrinya untuk turun kelantai bawah. "Eh Fika udah di sini. Padahal bundakan baru mau panggil" Maryam mengusap kepala putrinya dengan sayang

"Bunda, kangen" Fika memeluk tubuh Maryam dengan erat

"Kangen?, bukannya tadi malam bunda temani Fika sampai tidur?" Fika mengangguk lucu

"Tapi tetap saja, kangen"

Maryam tersenyum "yaudah, kita sarapan dulu" Maryam melepaskan pelukannya dan beralih menyendokkan makanan dipiring suaminya kemudian putrinya dan terakhir baru mengisi piringnya

"Lain kali Fika saja yang kamu sendokkan, kasihan kamunya jadi telat makannya" Azzam berucap pengertian

Maryam menggeleng, "sudah kewajibanku untuk melayani suamiku" Maryam tersenyum menatap suaminya

"Fika do'a dulu" Maryam mengingatkan putrinya

"Lupa do'anya" keluh Fika cemberut

"Bismillahirrahmanirrahim" Maryam mengajarkan putrinya

"Bismillahilahmanilahim" Fika mengikuti

"Allahumma bariklana.." "allahuma baliklana"

"Fiima razaqtana.." "Fiima lazaqtana"

"Waaqina azabannar" "waaqina azabanal. Amin"

Mereka mulai menyantap makanan yang tersaji dengan lahap. Sesekali Fika berceloteh ditengah makannya sehingga Maryam menegurnya dengan lembut

Cita menatap menantunya dengan tersenyum, ia sangat bahagia karena putranya akhirnya sudah menerima menantunya. Ia berharap akan segera mendapatkan cucu lagi dari putranya itu

Selesai makan, Maryam membawa piring kotor ke wastafel dan membawa makanan sisa kedapur kemudian menaruhnya sementara di kulkas

"Azzam belum berangkat?" Maryam mendengar suara ibu mertuanya bertanya pada suaminya saat ia baru saja keluar dari dapur

"Tungguin istriku, Bu" ucap Azzam membuat Maryam tersenyum

Ia bahagia karena suaminya sudah bisa menerimanya ya meski suaminya belum siap memiliki anak darinya. Padahal Maryam ingin memiliki anak yang terlahir dari rahimnya sendiri. Maryam bukannya tidak bersyukur dengan kehadiran Fika. Ia hanya ingin merasakan menjadi seorang ibu yang sebenarnya, mengandung, melahirkan dan merawat buah hatinya yang terlahir dari rahimnya sendiri

DASTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang