chapter 42 DAS

3.4K 121 7
                                    

Biasakan vote sebelum baca
Happy reading 😘

.
.
.

"Istri bapak.." "ayah" Azzam langsung menunduk memeluk kedua tubuh kecil buah hatinya yang muncul dari dalam ruangan yang sama dengan tempat dokter keluar.

"Ada apa dengan istri saya?" Tanya Azzam lagi setelah menggendong kedua buah hatinya.

Dokter muda diam sesaat sebelum mulai berbicara. "Istri bapak saat ini belum sadarkan diri" ucap sang dokter pelan. "Tapi saya memiliki kabar bahagia" ucapnya mulai tersenyum. Azzam penasaran tapi ia tetap diam menunggu ucapan dokter selanjutnya. "Istri bapak saat ini sedang mengandung. Selamat ya pak" ucap dokter muda itu.

Azzam menatap dokter itu tidak percaya. "Be.. benarkah?" Tanyanya.

"Iya pak. Tapi untuk usia kandungannya, bapak bisa langsung membawa istri bapak kerumah sakit" ucapnya tersenyum.

"Alhamdulillah" ucapnya lirih. "Terima kasih dokter" senyum Azzam akhirnya terbit.

Azzam segera masuk kedalam ruangan itu saat dokter mempersilahkannya dengan kode tangan.

Azzam berjalan cepat mendekati istrinya kemudian mendudukkan dirinya disamping bankar tempat istrinya.

Azzam menurunkan kedua buah hatinya dari gendongannya. Kemudian mengangkat tangannya untuk mengusap lembut pipi pucat istrinya. "Sayang, maafkan aku karena lalai menjagamu" Azzam menatap sendu wajah istrinya. Seandainya tadi ia memaksa istrinya untuk istirahat, istrinya tidak mungkin pingsan seperti ini.

"Ayah, bunda kenapa?" Tanya Zahwa membuat Azzam menatap putrinya lembut.

"Bunda baik-baik saja kok, bunda hanya capek saja" ucapnya menenangkan putri dan putranya sembari mengusap lembut kepala kedua buah hatinya.

"Sini ayo peluk ayah" Azzam membawa kedua buah hatinya kedalam pelukannya.

"Ayah" Zain semakin menyembunyikan wajahnya di dada ayahnya, ia menangis disana.

"Kenapa nak?" Tanya Azzam tidak mengerti.

"Zain takut, tadi bunda tiba-tiba jatuh. Apa bunda capek gendong Zain?" Tanyanya dengan menatap wajah ayahnya. Azzam yang melihat wajah sembab putranya hanya tersenyum.

"Bunda tidak capek gendong Zain. Tapi, mulai sekarang Zain tidak boleh minta gendong sama bunda lagi ya. Zain kan udah besar, udah mau punya adik juga" ucap Azzam membuat putranya menatapnya dengan berkedip lucu.

"Kenapa?" Tanya Azzam mencubit gemas pipi chaby putranya.

"Zain tidak mengelti" ucapnya cemberut.

"Kita akan punya adik?" Zahwa menatap ayahnya degan binar bahagia.

"Benar sekali" Azzam mencubit gemas pipi putrinya.

"Yey.. Zain punya dedek bayi kayak punya Bali" ucap Zain sangat bahagia.

"Ssttt"
Azzam langsung melihat kearah istrinya yang akhirnya sadarkan diri.

"Alhamdulillah kamu sudah sadar, sayang" ucap Azzam menurunkan kedua buah hatinya kemudian memeluk erat tubuh istrinya. "Terima kasih, sayang" ucapnya lirih tepat didepan telinga istrinya.

"Mas, ini dimana?" Tanya Maryam menjauhkan tubuh suaminya.

"Di ruang kesehatan sekolah Zahwa"

"Kok kamu bisa disini?" Tanya Maryam bingung sembari berusaha mengubah posisinya menjadi bersandar. Azzam dengan cepat membantunya.

DASTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang