Terima kasih telah membaca DAS sampai akhir dan terima kasih untuk semua dukungannya.
Ini ekstra chapter DAS yang terakhir ya. Semoga suka.
Oh iya, jangan lupa baca ceritaku yang lainnya.
...
Biasakan vote sebelum baca
Happy reading.
.
.Dua tahun kemudian.
"Anak-anak, kalian sudah selesai bersiap?" Tanya Maryam saat melihat keempat buah hatinya telah duduk di sofa dengan tenang.
"Sudah bunda." Jawab Fika selaku kakak yang tertua, diangguki yang lainnya.
"Ayah dimana?" Tanyanya karena tidak melihat sang suami disekitarnya.
"Ayah di.." "hadir sayang" sahut Azzam dari dapur rumah sembari membawa keranjang piknik dan sebuah cool box kecil yang Maryam yakini isinya adalah es krim.
"Sini yang satu, aku bantu angkat ke mobil." Maryam mengulurkan tangannya meminta salah satu benda yang di angkat suaminya.
"Tidak usah sayang, ini berat." Ucap Azzam menolak.
"Tidak apa-apa." Maryam menenangkan.
"Tidak usah sayang. Mendingan kamu gandeng anak-anak kemobil."
"Tapi mas.." "sayang" "baiklah" Maryam akhirnya mengalah dan menggandeng dua pria kecilnya kearah mobil. Fika dan Zahwa menggandeng tangan adik laki-laki mereka.
"Adek jalannya hati-hati." Ucap Maryam tapi putra kecilnya masih saja ingin berjalan cepat dalam gandengan bunda dan kakaknya.
"Ardi." Maryam menyerah, ia akhirnya mengangkat putranya kedalam gendongannya. Pria kecil itu memberontak dalam gendongan sang bunda.
"Nda tuyun!" rengek si kecil. ("Bunda turun!")
"Bunda gendong saja." Ucap Maryam membuat si kecil menggeleng kuat.
"Awu tuyun." Pintanya memelas. ("Mau turun.")
"Bunda gendong saja, Ardi kan masih kecil."
"Da awu nda. Adi da cal." Ardi mulai merengek dalam gendongan Maryam. ("tidak mau bunda. Ardi sudah besar.")
Maryam tersenyum melihat tingkah laku putra bungsunya yang sangat menggemaskan.
"Yaudah bunda kasih turun." Maryam menurunkan Ardi di kursi, disamping kursi pengemudi.
"Ya nda." ucapnya cemberut saat menyadari jika ia telah duduk didalam mobil. ("Yah bunda.")
"Udah tidak usah cemberut, kitakan mau jalan-jalan." Azzam mencubit gemas pipi putra bungsunya setelah masuk kedalam mobil.
"Nda aat, Adi da awu ain ma nda agi." Ardi melipat kedua tangannya didepan dada. ("Bunda jahat, Ardi tidak mau main sama bunda lagi.")
"Bunda dengar." ucap Maryam setelah membantu Zain masuk kedalam mobil. "Yaudah bunda juga tidak mau main sama Ardi. Awa geser sedikit!. Bunda mau duduk sama kalian." ucap Maryam dengan senyum tipis. Senyumnya semakin lebar saat melihat wajah menggemaskan putra bungsunya yang semakin marah.
"Nda aat." Lirihnya dengan menunduk menatap jari-jari kecilnya yang saling bertautan. ("Bunda jahat.")
"Sayang udah dong. Ini Ardi nangis loh." Azzam menegur istrinya dengan lembut.
Maryam mengangguk kemudian keluar dari pintu mobil disampingnya yang belum ditutup dan beranjak membuka pintu disamping pengemudi. Maryam mengangkat pria kecil itu kepangkuannya kemudian memeluknya erat. "Maafin bunda, sayang." Bisik Maryam membuat sikecil mengangguk dalam pelukan bundanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
DAS
General FictionPilihanku jatuh padanya. Dia seorang duda dan memiliki satu anak. Entahlah aku tidak tau kenapa bisa dia yang kupilih padahal masih banyak surat lamaran dari para laki-laki muda lainnya Meraih cintanya adalah perjuangan yang sangat keras yang harus...