Hari ini Alexa berangkat bersama opanya. Entah apa yang terjadi, padahal kemarin Leo mengatakan bahwa mereka akan berangkat ke sekolah bersama. Bahkan Leo berpesan agar Alexa tidak ngaret.
Sesampainya di kelas, Alexa mendudukan dirinya di kursi. Ia terlihat sangat lesu dan membuat sahabatnya bingung.
"Lo kenapa Lexs?" tanya Dara
"Tau nih. Dateng-dateng muka lo kayak ompreng panci. Hahahahhaa." ejek Lia
"Sialan lo." kesal Alexa
"Kenapa sih?" tanya Bella
"Gak papa. Ngantuk aja gue."
"Elehhh... Kebiasaan lo mah." kata Lia
"Btw udah ngerjain tugas belom lo?" tanya Bella
"Hemm." jawab Alexa
"Serius? Kimia lho?" tanya Dara tidak percaya
"Yah elah... Nggak percayaan banget sih." kesal Alexa
"Yekan nggak kayak biasanya." ucap Bella
"Hemm." gumam Alexa kemudian menangkupkan kepalanya pada lipatan tangan
"Shut shut... Napa tuh sobat lo?" bisik Lia pada Dara
"Tauk... PMS paling." kata Dara. Lia yang mendengar pun hanya mengangkat bahu acuh.
Sementara di rumah sakit, Leo tengah terbaring dengan masker oksigen dan selang infus di punggung tangan kirinya. Bukan hanya itu, di dadanya yang tertutup baju khas rumah sakit terdapat beberapa kabel yang menghubungkannya dengan mesin di samping kasurnya.
Liana yang duduk di samping kanan ranjang Leo tak henti-hentinya mencium tangan Leo. Ia terus berdoa agar anaknya segera sadar. Masih dengan jelas diingatannya bagaimana Leo tadi malam kesakitan. Hancur hatinya yang hanya bisa melihat anaknya seperti ini.
Flashback.....
Selepas mengantar Alexa, Leo kembali ke mansion. Ia berjalan menuju kamarnya. Setelah melepaskan jaket ia menuju kamar mandi untuk sekedar bersih diri sebelum tidur.
Deg.
Rasa sakit itu kembali. Ia berhenti berjalan. Dirabanya dada kirinya yang terasa sangat sakit layaknya dihantam benda keras. Nafasnya terasa berat, bahkan seperti oksigen telah habis untuk ia hirup.
"Akhhh..." rintih Leo kesakitan
Brukk
Ia pun limbung dan tubuhnya ambruk menghantam kerasnya lantai.
"Hahhh...Hahhh...Hahhh" nafasnya memberat
Ia berusaha sekuat tenaga merangkak menggapai laci nakas yang ada di samping kasurnya guna mengambil obatnya. Jarak yang hanya 3 meter menuju nakas serasa puluhan kilo ia lalui. Terasa sangat jauh dan sulit digapai.
Nafasnya semakin memberat. Keringat dingin sudah membanjiri kening dan tubuhnya. Tangannya pun ikut gemetar.
Bak dewa penolong yang Tuhan sediakan, Liana memasuki kamar Leo yang saat itu hanya akan mengecek kondisi Leo.
Shock melihat anaknya dalam kondisi yang mengenaskan, Liana segera berteriak memanggil Dion.
Liana menggenggam tangan Leo erat "Adek, denger mommy sayang. Bertahan ya. DADDDDD..." ucap Liana dan berteriak memanggil Dion berulang kali
"Momhh.... Uhukk... Uhukk..." kata Leo terbata-bata dengan batuk
"Iya sayang. Kenapa? Bentar ya tunggu Daddy." baru saja Liana menyelesaikan ucapannya, Leo sudah tidak sadarkan diri
KAMU SEDANG MEMBACA
Love My Enemy
Teen Fiction"Lo adalah hal terindah yang pernah ada dalam hidup gue, tapi sayangnya lo terlalu sempurna untuk gue miliki" -Leonard De Arbelo Wijaya- "Gue mohon, bertahan buat gue. Lo janji nggak akan ninggalin gue" -Agatha Alexa Louis- Penasaran nggak sih sama...