Paginya, Alexa bersama dengan Andre berangkat untuk cek up kaki. Di perjalanan Alexa terlihat gelisah. Andre yang menyadari gelagat anaknya pun membuka pembicaraan mereka.
"Kamu kenapa Lexs?"
"Pa, tiba-tiba rasanya nggak tenang deh pa. Takut Lexa."
"Takut apa? Lepas perban masih sakit kakinya?"
"Emm, iya kali ya pa. Pokoknya nggak tenang aja deh."
"Nggak papa, nanti ikut terapi juga sembuh lagi kakinya. Lagian kamu papa tinggak 3 hari aja pulang-pulang papa malah liat kaki kamu kayak gitu. Mana mama kamu malah marah-marah lagi pas papa nanya kenapa sama kaki kamu."
"Mama marah sama aku pa, bukan ke papa tapi."
Andre tersenyum "Papa tau sayang. Kayak nggak tau mamamu aja."
Alexa hanya mengangguk. Tanpa disadari, mereka pun sampai di rumah sakit dan segera memarkirkan mobil.
Alexa dipapah oleh Andre masuk menuju resepsionis dan segera membuat pendaftaran. Setelah selesai, kemudian keduanya menuju ruangan Dr Seto.
"Duduk dulu Alexa." perintah Dr Seto
Alexa pun duduk dan kemudian mengangkat kakinya. Segera Dr Seto mulai melepaskan pengait di perban Alexa. Perlahan-lahan perban mulai dilepas dari kakinya. Setelah selesai Dr Adam meminta Alexa untuk menggerakkan pergelangan kaki Alexa perlahan-lahan.
"Gimana rasanya?" tanya Dr Adam
Alexa mengangguk "Udah baik dok, cuma sedikit kerasa kaku gimana gitu kalo buat jalan."
"Nggak papa, itu wajar, kan 1 minggu pake perban."
"Gimana dok kaki anak saya?" tanya Andre menghampiri
"Kaki Alexa sudah membaik pak, hanya saja nanti untuk jalan jangan terlalu dipaksakan dulu. Perbanyak istirahat kaki."
"Denger Lexa?"
"Iya pa, astaga."
"Ada yang mau ditanyakan lagi pak?"
"Untuk kontrol bagaimana ya dok?"
"Untuk kontrol sudah tidak perlu pak. Kaki Alexa sebenarnya sudah baik, hanya saja karena kebas yang dirasakan, makanya saya sarankan untuk awal dalam berjalan jangan terlalu sering."
"Baik dok."
Alexa dan Andre pun kemudian keluar dari ruangan Dr Seto.
Tiba di resepsionis, tidak sengaja mata Alexa menangkap sosok Liana yang tengah berjalan di lorong. Karena penasaran, Alexa pun berjalan mengikuti Liana.
"Lexa, mau kemana?" tanya Andre
Alexa menoleh "Bentar pa, ke kamar mandi dulu."
Andre mengangguk "Yaudah, ati-ati."
Alexa kembali melangkahkan kaki. Ia sesekali menengok kanan kiri karena kehilangan sosok mirip Liana.
Matanya kembali melebar kala melihat Alan dan Juna yang tengah menunggu lift. Pikirannya semakin buruk. Ia melihat Liana dan sekarang ada Juna dan Alan. Ketiganya mengarah pada Leo.
"Kenapa perasaan gue jadi nggak enak begini." Alexa berusaha tenang, namun tidak dapat dipungkiri bahwa ia sangatlah takut apa yang akan ia temui jika mengikuti Alan dan Juna.
Ting.
Alan dan Juna masuk ke dalam lift. Alexa yang melihat kemudian berlari untuk melihat di lantai berapa Alan dan Juna akan berhenti.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love My Enemy
Teen Fiction"Lo adalah hal terindah yang pernah ada dalam hidup gue, tapi sayangnya lo terlalu sempurna untuk gue miliki" -Leonard De Arbelo Wijaya- "Gue mohon, bertahan buat gue. Lo janji nggak akan ninggalin gue" -Agatha Alexa Louis- Penasaran nggak sih sama...