Leo dan Alexa saat ini tengah duduk berdua di sofa kamar tamu. Leo bersandar pada bahu Alexa sementara Alexa tetap duduk tegak.
Leo masih saja memejamkan matanya, sementara Alexa terus memperhatikan gerak-gerik Leo, sebab kondisi Leo yang menurutnya sebenarnya tidak begitu baik. Ini terbukti dari tubuh Leo yang sesekali bergetar dan telapak tangan Leo yang basah di genggaman Alexa.
"Le, nggak mau balik dulu?"
Leo menggeleng "Tunggu gini dulu."
"Leo, kondisi lo kayak gini. Balik ya, gue temenin." bujuk Alexa
Leo menggeleng "Bentar aja."
Alexa menghela nafas "Le, gue cuma nggak mau lo kenapa-napa. Balik ke rs ya?"
"Tolong, jangan paksa gue buat balik ke sana lagi. Badan gue sakit semua di sana." keluh Leo tiba-tiba
Alexa terdiam mendengarnya.
'Jadi selama ini Leo tersiksa dirawat di rumah sakit.' batin Alexa
"Sesakit itu ya Le, sampe lo bener-bener ngeluh sekarang?" dan hanya dijawab anggukan
"Bertahan ya, gue temenin lo buat bertahan."
Air mata yang susah payah Leo tahan akhirnya menetes
"Gue punya prinsip Le, gue nggak mau cerita ke orang lain apapun masalah yang lagi gue adepin. Lo tau alesannya? Karna mereka nggak pernah ngerasain apa yang gue rasain. Singkatnya, percuma gue cerita ke mereka kalo mereka nggak paham gimana kondisi gue. Tapi terkadang gue mikir, kalo gue nggak cerita gue juga mau gimana sendirian? Akhirnya yang mulai gue pikirin adalah nggak masalah kalo gue cerita, seenggaknya dengan cerita gue bisa bilang ke orang gimana perasaan gue. Itu aja. Jadi, gue mohon lo lakuin apa yang gue lakuin juga Le. Cerita kalo lagi nggak baik-baik aja." ucap Alexa panjang lebar
"Le, gue tau semua yang lo hadepin kerasa berat. Lo nggak pernah mau bilang kalo lo lagi sakit, lo lagi banyak pikiran, lo capek ngadepin semuanya. Lo nggak pernah mau bagi susah lo sama orang, bahkan sama bonyok lo sendiri. Lo lebih milih nanggung semuanya sendiri. Le, bilang kalo disini sakit, bilang kalo lo pas lagi capek, bilang kalo lo lagi ada masalah dan bilang kalo lo butuh temen buat bagi cerita. Semua care sama lo, dan perbuatan lo yang kayak gini malah bikin kita semua ngerasa nggak berguna di sisi lo. " jelas Alexa
Leo tetap terdiam, namun air mata itu menjadi jawaban dari perkataan Alexa.
"Stop buat bilang nggak papa terus. Semua manusia ada waktunya bilang 'gue kenapa-napa' Le."
"Tapi gue nggak papa." jawab Leo dengan suara parau
"Lo tau Le, orang yang selalu bilang nggak papa terlalu egois untuk bisa hidup bersama. Karena mereka terlalu hanyut dalam kesepian, dan ketika saatnya mereka dalam keramaian pun, sepi tetap menjadi candu buat mereka, karena apa, karena mereka terlalu menikmati sepi. Berteman dengan sepi."
"Segitunya lo menikmati kesepian lo ya, sampe lo nggak mau deep talk sama orang lain?" telak Alexa
Leo terisak seketika "Nggak gampang buat gue ungkapin semua yang gue rasain Sa."
Alexa tertegun, namun ia tetap diam mendengarkan Leo kembali berbicara.
"Kehilangan lo dulu mengubah semuanya. Lo pasti bakal mikir gue terlalu berlebihan karna ini, tapi asal lo tahu, arti lo buat gue lebih dari yang lo bayangkan Sa. Lo orang yang selalu ada buat gue. Lo adalah orang yang tanpa gue bilang pun lo bakal tau apa yang gue rasain. Dan kehilangan lo saat itu, bikin semua berubah. Nggak ada yang tau apa yang gue mau. Mereka terlalu sibuk dengan apa yang bisa nyembuhin gue, dengan apa yang bisa buat gue bertahan lebih lama. Gue capek. Tubuh gue sakit semua disaat ini berulah." ucap Leo sembari menegakkan tubuhnya kembali
KAMU SEDANG MEMBACA
Love My Enemy
Teen Fiction"Lo adalah hal terindah yang pernah ada dalam hidup gue, tapi sayangnya lo terlalu sempurna untuk gue miliki" -Leonard De Arbelo Wijaya- "Gue mohon, bertahan buat gue. Lo janji nggak akan ninggalin gue" -Agatha Alexa Louis- Penasaran nggak sih sama...