Malam ini di kamar Leo sedang ramai dengan adanya teman temannya. Sean dan Alan yang bermain PS dan Juna yang anteng dengan hpnya, sedangkan Leo sibuk dengan bacaan bukunya.
Tak lama, kamar terbuka dan menampilkan Liana "Semuanya, makan malem dulu yuk." ajak Liana
Semua pun mengalihkan atensinya memandang Liana
Leo dan yang lain kemudian menggangguk
Liana tersenyum "Ditunggu dibawah ya. Jangan lama lama" ujar Liana kemudian menutup pintu kamar Leo.
Leo dan yang lain kemudian beranjak menyusul Liana ke ruang makan, dan ternyata disana sudah ada Wijaya yang tengah menunggu.
Wijaya yang melihat kedatangan mereka pun kemudian tersenyum
Setelah semua duduk di kursi masing masing, maid kemudian menyiapkan makanan dibantu dengan Liana yang melayani Wijaya
Beginilah mereka, sangat dekat bahkan terlihat seperti keluarga. Ini tak heran terjadi mengingat orang tua mereka yang bersahabat dan mereka yang sudah kenal sejak jaman piyik.
Suasana ruang makan hanya terdengar dentingan. Bukan apa, ini adalah manner yang diajarkan oleh orang tua mereka. Bahkan Sean yang terkenal dengan kekonyolannya pun juga jaga sikap jika makan dengan para orang tua.
Berbeda dengan yang lain dimana mereka menikmati makan malam, Leo hanya mengaduk aduk makanan tanpa ada niat.
Liana yang melihat Leo hanya mengaduk makanannya kemudian mengerutkan kening bingung
"Adek, kenapa?" tanya LianaLeopun menoleh memandang Liana dan kemudian menggeleng
Wijaya yang melihat tingkah aneh Leo pun ikut bicara "Adek, dimakan. Jangan cuma dimainin."
Leo yang sedari tadi sebenarnya merasakan mual kemudian berdiri dan berlari menuju kamar mandi.
Sedangkan semua yang melihat Leo lari kemudian menyusul Leo.
Hoek......Hoek......Hoek
Liana kemudian berjalan masuk dan mengurut tengkuk Leo, sedangkan sahabatnya hanya bisa diam melihat kejadian tersebut.
Wijaya pun ikut serta berdiri di belakang Leo, berjaga jaga jika saja Leo ambruk.
Dapat Liana lihat raut wajah Leo yang pucat dengan keringat yang sudah muncul di dahi dan lehernya, bahkan sekarang tangan Leo yang digenggamnya pun terasa dingin
Leo yang sudah tidak kuat menumpu tubuhnya pun meluruh dan segera disangga oleh Wijaya.
Dapat Wijaya lihat Leo tengah kesusahan mengambil nafas "Sahh.... sahhh...kit....dhhaaadd...." ucap Leo tersenggal dengan tangan kanannya yang sudah meremat dada kirinya
Wijaya yang sigap pun kemudian menggendong Leo menuju mobil untuk dibawa ke rumah sakit "Adekk, jangan tutup matanya dulu. Bertahan nak" panik Wijaya melihat Leo yang semakin kesulitan bernafas.
Di depan pintu utama sudah ada pak Budi yang siap dengan mobilnya. Segera ia buka pintu penumpang dan beralih menuju kursi kemudi.
Alan, Juna dan Sean pun ikut ke rumah sakit dengan mobil berbeda.
Selama di perjalanan menuju rumah sakit, Leo sempat membuka mata
Leo yang berbaring dengan beralaskan paha Liana kemudian memandang sayu ke arah Liana
"Adek, apa yang sakit dek? Bilang sama mommy sayang." ucap Liana dengan tangis dan nada gemetarnya sembari mengelus lembut kepala Leo
Leo yang melihatpun tersenyum paksa dan menggeleng. Bukan berarti dia diam maka tidak merasakan sakit, justru karna rasa sakitnya tersebut sudah menggerus habis tenaganya bahkan barang untuk berbicara sekalipun ia tak mampu
KAMU SEDANG MEMBACA
Love My Enemy
Teen Fiction"Lo adalah hal terindah yang pernah ada dalam hidup gue, tapi sayangnya lo terlalu sempurna untuk gue miliki" -Leonard De Arbelo Wijaya- "Gue mohon, bertahan buat gue. Lo janji nggak akan ninggalin gue" -Agatha Alexa Louis- Penasaran nggak sih sama...