Jika dunia bisa tertawa, akankah kau ikut menertawakannya?
Pukul 14 lewat 20 siang semua siswa/siswi kompak ber-fiuuuuhhhhh.....
Menghela nafas karena pelajaran berakhir dan bel telah berbunyi panjang
Seisi kelas kompak keluar menuju kantin untuk mengisi tenaga mereka
"Kantin kuy. Laper gue" ajak Alan pada teman-temannya
KANTIN
"Woy" teriak seorang gadis menghampiri temannya yang telah duduk di meja pojok kantin
"Anjim kok lo pada ninggalin gue sih? Rese lo pada..." ujar Alexa dengan nada kesal pada teman-temannya yaitu Lia, Dara, dan Bella.
"Lah elu sendiri malah molor. Ya kita tinggal. Kan kita kasih waktu lo buat hibernasi, baek nggak tuh?" ucap Lia dengan tawa ngakaknya
"Ck, ya nggak ninggalin juga dong. Keliatan nggak setia kawan bet lu"
"Udah deh, ngapain sih debat. Mending kita makan. Kuyy..."
"Hehe, pesenin sekalian ngapa Bel" ujar Lia dengan senyummya
"Bel, gue kayak biasa. Makasih" timpal Alexa santai
Bela yang mendengar perkataan lantas mengenduskan nafas kesal "Ck, enak benget idup lu pada. Main nyuruh aja, untung gue sahabat yang baik."
"Iyain biar cepet. Geh sono pesen"
Tak lama kemudian, seisi kantin berubah menjadi riuh karena datangnya beberapa anak laki-laki.
Mereka adalah Leo, Alan, Juna, dan Sean. Kumpulan siswa laki-laki yang paling menjadi incaran bagi siswi-siswi di SMA Dulwich.
Alexa yang melihat reaksi penghuni kantin hanya menatap jengah pada pusat perhatian "Sumpah ya.. tu cowok bener-bener tebar pesona banget. Eneg gue liatnya anjir.."
Lia yang mendengarpun hanya menggelengkan kepala "Astaga Lex, sampe kapan sih lo bakal musuhin mereka terus? Lagian lo kan masuk anak baru dan gue liat lo nggak pernah tuh ngobrol sama mereka. Gimana bisa jadi benci cobaa" tanya Lia bingung
"Iya nih. Perasaan dari lo masuk sini lo nggak pernah ada urusan sama mereka dah. Bujuk-bujuk elo malah cari gegara mulu ama si Leo." sambung Dara
"Ck.. Auk lah... Jangan bahas dia, bikin mood gue ancur aja lo.."
Alexa kemudian bangkit dari duduk bersiap kembali ke kelas, tapi nasib sial menghampirinya karena ia malah tak sengaja berkontak mata dengan sang rival sekolah, Leo
"Apa lo liat-liat?" ketus Alexa kemudian berjalan kembali
"Weh weh weh... Nyali juga tu cewek." Ucap Alan sembari berbalik menatap kepergian Alexa
"Eh Le, kok bisa sih lu jadi rivalan ama si Alexa. Perasaan tu murid setengah baru belom pernah deh cipikian ama lu.?" tanya Sean
Leo pun hanya mengangkat bahunya acuh kemudian berjalan menuju meja langganannya
"Lah malah ninggalin tu anak." ujar Sean sembari melangkahkan kaki menyusul temannya
Leo dan yang lain duduk menikmati makan siang dengan selingan senda gurau.
Juna kemudian tak sengaja menatap Leo yang hanya diam.
Jika dibandingkan dengan yang lain, Juna adalah orang yang pendiam, peka tapi juga garang jika menyangkut orang terdekatnya.
Juna kembali mengernyitkan dahinya "Le, kenapa?" tanya Juna pada Leo
Leo yang kaget kemudian memandang Juna "Nggak papa" jawabnya singkat
Sean dan Alan yang tadinya riuh mendadak diam ikut memandang Leo.
Alan menepuk punggung Leo karna Alanlah yang duduk disamping Leo "Le, you okay? Lo nggak lupa kan?" tanya Alan memastikan keadaan Leo
Leo hanya menggelengkan kepala.
Jujur saja, sedari tadi sebenarnya badannya lemas tapi tak apalah, ia tidak ingin temannya khawatir.
"Le, kalo nggak enak badan bilang." kata Alan lirih dan diangguki Leo
Percayalah, walaupun Leo ketika berbicara dengan orang lain keras, maka jika dengan orang terdekatnya ia akan menjadi sosok yang sedikit lebih emm kalem.
Bel istirahat pun usai menandakan jam pelajaran selanjutnya akan dimulai lagi
"Le, kelas ato pulang?" tanya Alan yang mengerti jika Leo tak baik-baik saja
Ini terbukti dari raut pucat dan keringat yang mulai muncul di dahinya.
Leo hanya menggeleng, tapi beberapa detik kemudian hpnya berbunyi
Leo segera menganggat panggilan dari daddy nya "Iya dad"
"Dek, pulang ya?" ujar daddy
Leo mengernyitkan dahinya "Kenapa?" tanya nya
"Daddy tau kamu lagi nggak enak badan kan? Pulang ya, biar dianter sama Alan." kata daddy nya
Leo beralih menatap Alan tajam dan kemudian menghela nafas kasar "Aku masih sekolah dad." ucapnya final dan memilih mematikan hpnya.
"Lo bilang sama bokap ya?" tanya Leo pada Alan
Alan hanya menghela nafas "Le, pulang ya. Kondisi lo lagi nggak baik kan dari kemaren. Kenapa ngeyel berangkat sih maksa sekolah?"
"Iya Le. Kenapa sih berangkat? Kita bisa ikutan bolos kalo lo nggak mau sendirian di rumah. Dengan senang hati malah kita temenin." ujar Sean dengan gaya cengengesannya
"Itu mah akal-akalan lo dong yang emang suka bolos combro" kata Alan pada Sean sembari menoyor dahi Sean
"Sirik banget lo. Gue tu cuma mau nemenin adek gue biar nggak kesepian. Iya nggak Le?" ucap Sean
"Lagian lo juga suka kan kalo bolos. Muna banget idup lo!" sambung Sean
Leo yang mendengar semua perkataan sahabatnya memilih bangkit berdiri dan berjalan menuju kelas.
Alan, Juna dan Sean yang melihat kelakuan Leo hanya menghela nafas kasar.
"Ngeyel banget sih si Leo." kata Sean
Alan hanya memutar bola matanya malas "Ngaca jadi orang!" sarkas Alan
Juna kemudian ikut berdiri akan menyusul Leo "Udah deh, kelas aja. Leo kayaknya lagi bad banget" lerai Juna
Mereka pun akhirnya kembali ke kelas.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love My Enemy
Teen Fiction"Lo adalah hal terindah yang pernah ada dalam hidup gue, tapi sayangnya lo terlalu sempurna untuk gue miliki" -Leonard De Arbelo Wijaya- "Gue mohon, bertahan buat gue. Lo janji nggak akan ninggalin gue" -Agatha Alexa Louis- Penasaran nggak sih sama...