Di depan ruang operasi sudah ada orang tua Alexa dan teman-teman Leo. Mereka langsung bergegas ke rumah sakit setelah diberi kabar kondisi Leo yang harus menjalankan transplantasi jantung segera.
Sean sedari tadi sudah menatap tajam pintu ruangan. Dirinya bergejolak ingin sekali mendobrak pintu tersebut karna waktu operasi yang sudah berjalan lama.
Berulang kali Alan menghela nafas, sementara Juna diam seperti patung di kursi tunggu. Sesekali Juna melirik pintu ruangan.
Sebagai sahabat Liana, Nina pun duduk menemani wanita itu sembari merangkulnya. Nina pun juga membisikkan kata-kata penguat untuk Liana.
Berbeda dengan yang lainnya, Alexa duduk menyendiri. Ia duduk sembari mendengarkan musik dan memejamkan mata. Dia tidak tidur, tapi dia hanya menenangkan dirinya sendiri. Dia berusaha kuat dan berpikir positif.
"Lo pasti sehat lagi Le. Lo udah janji ngajak gue ke pondok. Lo nggak boleh ingkar janji Le." monolog Alexa
3 Jam menunggu, akhirnya pintu ruangan dibuka oleh perawat yang diikuti oleh Dr. Adam
Semua pun kemudian berdiri dan mengelilingi Dr. Adam
"Dok, gimana keadaan anak saya?" tanya Liana langsung
Dr. Adam menghela nafas "Operasi Leo berhasil, namun keadaan Leo masih belum saya prediksi."
Liana meluruh tidak sadarkan diri seketika. Yang lainnya pun panik dan dengan sigap Dion membopong istrinya dan mendudukan Liana di kursi tunggu.
"Nin, boleh minta tolong jagain istri aku dulu?" minta Dion pada Nina
Nina mengangguk "Biar aku yang urus Liana."
Posisi Dion kemudian diganti oleh Nina dan Dion kembali mendekati Dr. Adam "Jadi gimana kondisi Leo dok?"
"Seperti yang saya katakan, operasi Leo berjalan dengan lancar, namun kondisi Leo masih kritis. Kami harus selalu memantau keadaan Leo secara berkala."
Dion menghela nafas kasar "Dengan kata lain Leo koma akibat operasi?"
Dr. Adam mengangguk "Tepat sekali Pak Dion."
"Leo boleh dijenguk dok?"
Dr. Adam menggeleng "Belum bisa pak, Leo harus masuk ICU."
Dion memejamkan mata erat. Air mata menitik, pertahanannya runtuh "Baik dok. Lakukan yang terbaik untuk Leo."
"Pasti."
Setelahnya Dr. Adam pun pamit undur diri.
Hari berganti hari hingga sekarang genap sudah 2 minggu Leo belum juga sadar. Setiap hari baik Alexa, Juna, Alan dan Sean selalu menyempatkan diri untuk membesuk Leo walaupun hanya menunggu di luar ruangan.
Seperti saat ini, Alexa dan Juna secara kebetulan bertemu di parkiran dan akan menjenguk Leo.
"Ekhm, yang lain mana Jun?" tanya Alexa dulu
"Alan nanganin OSIS."
"Sean?"
Juna menghela nafas "Sean punya urusan sendiri."
Alexa mengerutkan kening bingung. Ia jadi ingat kejadian kemarin lusa dimana Sean yang tidak pernah terlihat marah tiba-tiba berdiri yang meninju dinding rumah sakit hingga darahnya tercetak pada dinding tersebut.
Anehnya lagi tatapan Sean yang Alexa lihat sangat mengerikan. Sean terasa bukan lagi Sean. Dia terlihat menakutkan.
"Sean nggak papa kan?" tanya Alexa hati-hati
KAMU SEDANG MEMBACA
Love My Enemy
Teen Fiction"Lo adalah hal terindah yang pernah ada dalam hidup gue, tapi sayangnya lo terlalu sempurna untuk gue miliki" -Leonard De Arbelo Wijaya- "Gue mohon, bertahan buat gue. Lo janji nggak akan ninggalin gue" -Agatha Alexa Louis- Penasaran nggak sih sama...