Siangnya di ruang tamu pondok terlihat gaduh akibat Juna dan Sean yang tengah bermain game, Alan yang menonton tv sedangkan Leo yang tengah membaca buku.
"Le, kita lagi main aja lo baca buku. Bisa nggak sih tinggalin dulu itu buku." ucap Alan
Leo hanya memandang Alan.
"Ini urusan gue." ucap Leo datar
"Ck..sini deh lo." ucap Sean menengahi Alan dan Leo
Leo beralih memandang Sean "Kenapa?"
"Sini makanya." kata Sean lagi
Leo pun berjalan menghampiri Sean.
"Duduk. Main kita" ucap Sean sembari menaik turunkan alis
Juna yang mengerti kemudian bangkit berdiri "Nih. gantiin gue dulu."
Leo mengerutkan kening dan menggeleng.
"Kenapa sih? Tinggal main doang. Cepet" kata Sean
Leo menghembuskan nafas kasar kemudian duduk di karpet. Ia pun mengambil stick remote dan mulai bermain.
"Gitu dong." ucap Sean senang
Setelah bermain cukup lama, Juna mengajak sahabatnya untuk makan siang. Bukan tanpa alasan Juna mengajak makan siang. Sebenarnya ia tidak suka untuk hal hal seperti ini, tetapi karena memang mengingat Leo yang tidak dapat melewatkan makan siang serta obatnya.
" oyy... makan dulu. Bi Atih udah nyiapin makan." ajak Juna
Semua pun memandang Juna " asem... Gegara main gue jadi lupa belum diisi perut dari pagi."jawab Sean
" Halah itu mah lo nya aja yang emang doyan makan kutu!!" balas Alan
Leo pun bangkit berdiri kemudian berjalan menuju meja makan diikuti sahabatnya. Mereka pun akhirnya makan siang bersama.
Sore menjelang, tetapi Leo belum juga terbangun dari tidurnya. Sejak setelah makan siang tadi, Leo memilih tidur di salah satu kamar yang tersedia di pondok.
Juna berjalan menghampiri Leo. Ia pun duduk di pinggir ranjang dan mulai mengelus kepala Leo pelan "Le, bangun dulu. Kita pulang." ucap Juna pelan.
"Le, bangun. Pulang nggak?" tanya Juna lagi karna belum mendapat reaksi dari Leo.
Lama kelamaan, Leo akhirnya terusik juga dari tidurnya. Ia pun membuka mata pelan akibat masih mengantuk. Leo kemudian menatap Juna bingung.
"Pulang nggak?" tanya Juna
Leo hanya mengangguk dan bergumam.
"Yaudah, sekarang lo cuci muka dulu. Abis itu ke bawah. Tu curut dua udah pada nunggu dibawah." perintah Juna dan lagi lagi hanya dibalas anggukan dan gumaman.
Juna kemudian keluar meninggalkan kamar, sementara Leo kemudian mendudukan dirinya "Huft.... Makin nggak bisa diajak kerja sama lo.." ucap Leo sembari mengusap dada kirinya pelan.
Leo bangkit berdiri dan berjalan menuju meja dimana tasnya ditaruh. Ia kemudian membuka tas dan mengeluarkan beberapa botol obat. Diambilnya beberapa dan diminumnya dengan bantuan air putih yang disediakan oleh maid yang melayani ketika Leo dan sahabatnya datang.
Setelah meminum obatnya, Leo berjalan menuju kamar mandi guna mencuci muka agar terlihat lebih segar.
Di kamar tamu, Alan dan Sean tengah menonton tv sembari menunggu Leo, sedangkan Juna berdiri di sisi jendela depan sembari memandang danau pada malam hari.
Leo tampak menuruni tangga sembari menenteng tasnya dengan pelan.
"Balik." ajak Leo
Juna, Sean dan Alan menoleh ke sumber suara dan mendapati Leo tengah menatap mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love My Enemy
Teen Fiction"Lo adalah hal terindah yang pernah ada dalam hidup gue, tapi sayangnya lo terlalu sempurna untuk gue miliki" -Leonard De Arbelo Wijaya- "Gue mohon, bertahan buat gue. Lo janji nggak akan ninggalin gue" -Agatha Alexa Louis- Penasaran nggak sih sama...