Penyesalan Neola

101K 7.7K 1.4K
                                    

Bismillahirrahmanirrahim:)
Semoga suka ya:)

Tolong tinggalkan jejak dengan vote dan komentar!

Happy reading 💙

*****

Dokter itu menghela nafas berat ia menatap semua orang yang menunggu jawabannya. "Maaf pasien mengalami kebutaan permanen selama belum mendapatkan pendonor mata. Apalagi keadaannya yang lemah karena baru menjalani operasi ginjal."

Deg!

Bunda Lesa menangis histeris, Algio membawa Leana ke pelukannya gadis itu juga menangis, Rega hanya diam mencerna ucapan dokter itu, Ran merasa seluruh tubuhnya lemas, menatap lurus dengan hampa, sedangkan Zeka dengan mata yang memanas menatap dokter itu marah, sedih sulit untuk di artikan.

"Dokter bohong kan? Jangan becanda,"lirih Zeka.

Dokter itu menggeleng menatap Zeka prihatin.

Tidak cukupkah Neola merasakan sakit? Gadis itu baru mendapatkan pendonor ginjal dan sekarang ada saja musibah yang menimpanya. Matanya tak bisa lagi melihat dalam keadaan permanen. Zeka sebagai laki-laki merasa gagal menjaga gadis itu, apalagi pertemuannya dengan Neola terakhir kalinya tidak baik.

Zeka merasa kecewa pada dirinya sendiri.

Neola pasti akan sangat terpuruk.

Lagi-lagi Leana merasakan sakit di dadanya, adiknya tidak bisa melihat lagi, baru beberapa jam dirinya baikan, lalu bertengkar lagi karena masalah laki-laki, perasaan bersalah dan menyesal menyelimutinya, harusnya ia tak mengeluarkan ucapan itu pada Neola, mungkin adiknya tak akan keluar rumah dan mengalami kecelakaan.

Mungkin.

*****

Semalaman Leana dan yang lainnya berjaga di ruang rawat Neola, gadis itu tak kunjung sadar, satu hal yang di khawatirkan Leana, apa yang akan di lakukannya jika adiknya sadar dengan keadaan gelap.

Menangis histeris?

Tak menerima kenyataan?

Leana tak dapat menahan sesak, ia hanya bisa menangis dalam diam, ia harus terlihat tegar untuk menenangkan bundanya.

Bundanya yang sedari tadi hanya mengamati Neola, duduk di kursi dekat brankar adiknya. Tak lupa terus beroda semoga semuanya baik-baik saja.

Zeka yang sedari tadi diam dengan keadaan kacau, laki-laki itu seperti tak ada jiwanya. Hatinya pasti sangat kosong.

Rega pulang beberapa menit yang lalu karena perintah dari orang tuanya.

Ran selalu mengamati Neola dari kursi yang laki-laki itu duduki, ekspresinya begitu sedih. Ran takut jika Neola terpuruk.

Dan Algio yang senantiasa berada di sisi Leana, laki-laki itu begitu perhatian, seperti menyuapinya makanan, mengucapkan kata penenang, menggenggam tangannya mengelusnya dengan lembut.

Leana tak menampik dirinya sangat beruntung memiliki Algio.

Eh?

"Ola bangun jarinya gerak!" Pekik bunda Lesa membuat semua yang ada di ruangan ini menoleh, dan segera menuju brankar melihat gadis yang terbaring itu.

Mata indah itu terbuka dengan perlahan, Leana menggigit bibirnya kuat, rasa takut dengan ekspresi Neola dengan matanya yang tak bisa melihat.

Neola membuka matanya ia mengerjap.

Gelap?

Bola mata Neola bergulir mencari sesuatu yang bisa terlihat, tapi semuanya gelap. Dengan bergetar ia berucap. "Bun? Kok gelap. Bunda ada di sini kan?" Tanyanya mencoba mencerna sesuatu.

Leana Story (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang