Kenapa?

85.3K 8.4K 1.7K
                                    

Bismillahirrahmanirrahim:)
Semoga suka ya:)

Tinggalkan vote dan komennya ya jangan jadi pembaca tak kasat mata!

Happy reading 💙

*****

Di tempat bernuansa putih Arian mondar-mandir di depan pintu ruangan IGD dengan perasaan khawatir. Setelah melihat Leana pingsan di dalam kamar mandi, ia segera membawa sepupunya ke rumah sakit.

Waktu ia mendobrak pintu kamar mandi karena ia khawatir Leana tak kunjung keluar. Laki-laki itu takut Leana melakukan hal bodoh karena tengah patah hati, dan apa yang di lihatnya membuat ia cemas, bahkan Arian tak sempat untuk menghubungi bunda Lesa.

Ia terus berdoa semoga Leana baik-baik saja.

Ceklek

Pintu ruangan terbuka memperlihatkan wajah paruh baya dokter laki-laki dengan jas putihnya.

"Gimana dok keadaan sepupu saya?!" Seru Arian khawatir.

Dokter itu mengehela nafas panjangnya. Ia tersenyum tipis. "Pasien hanya banyak pikiran dan kurang mengkonsumsi makanan, pasien juga kekurangan tidur jadi ia mengalami kelelahan, mas tidak perlu khawatir, yang perlu pasien lakukan hanya istirahat dan makan makanan yang bergizi serta jangan terlalu banyak pikiran" jelas dokter itu.

"Tapi kenapa sampai ada darah di mulutnya dok?" Tanya Arian. Ia memang Melihat ada darah mulut sepupunya itu. Dan ya itu membuat kekhawatirannya menambah.

Dokter itu tak bergeming dan itu membuat Arian murka.

"Jawab dokter!"

Dokter itu tampak gelalapan. "Itu karena efek kelelahan dan banyak pikiran yang di lakukan pasien mas" jelas dokter itu. " Anda bisa melihat pasien setelah itu mengambil obat di ruangan saya. Saya pamit permisi."

Arian mengatur nafasnya. Ia juga merasa lega karena Leana tak mempunyai penyakit yang parah, ia menggelengkan kepalanya mengenyah pikiran buruk itu. Arian memutuskan untuk melihat sepupu kesayangannya.

Ceklek

Terlihat Leana terbaring dengan wajah pucatnya tapi bisa ia lihat gadis itu tak menutup matanya, Leana sudah sadar dan menatap kosong Langit-langit atap.

"Lea" panggil Arian yang sudah di samping gadis itu.

Gadis itu menoleh ia tersenyum tersenyum tipis.

"Mana yang sakit hm?" Tanya Arian lembut dan tersirat kekhawatiran.

Leana menggeleng. "Gak ada kak" jawab Leana lirih dengan suara pelan.

Arian menghela nafasnya. "Maaf ya kakak gak bisa jagain kamu, kak Ari biarin Lea banyak pikiran 
Sampai Lea sakit kayak gini" lirih Arian ia merasa bersalah karena tak becus menjaga Leana dan membiarkan Leana sendiri.

Leana menggeleng lemah. "Ini bukan salah kakak, ini salah Lea karena terlalu memikirkan hal yang gak berguna sampai Lea lupa Lea juga butuh istirahat" lirih Leana Tersenyum tipis.

Arian tersenyum tipis ia mengusap lembut rambut hitam gadis itu. "Kalau gitu jangan sakit lagi, jangan banyak pikiran hal yang gak berguna itu oke"

Leana mengangguk lemah ia tersenyum tipis.

"Bunda gak tau aku sakit kan kak?" Tanya Leana

Arian menggelengkan kepalanya. "Kakak lupa kasih tahu",

Leana mengehela nafas lega. "Jangan kasih tau bunda ya, Lea gak mau bunda khawatir"

Arian mengangguk. Ia juga tak ingin bunda Lesa khawatir lebih baik Ia sendiri yang menjaga Sepupunya.

Leana Story (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang