Menjenguk

50.7K 4.7K 950
                                    

Bismillahirrahmanirrahim:)
Semoga suka ya:)

Tolong tinggalkan jejak dengan vote dan komentar!

Happy reading 💙

****

Bunda Lesa datang bersama Neola dengan kursi rodanya yang didorong Ran, mereka bisa melihat Zeka yang terbaring lemah diatas brankar, rasanya sangat sedih melihat laki-laki itu sekarang, Zeka terlihat lemah dan tak terawat.

"Udah baikan?" Tanya bunda Lesa dengan kantung plastik ditangannya.

Zeka mengangguk samar tersenyum kecil.

Bunda Lesa tersenyum hangat. "Zeka udah makan? Kalau belum, bunda bawain nasi goreng mau gak?" Tawarnya ia memang memasak nasi goreng favorit laki-laki itu.

"Zek udah makan bun," balas Zeka lirih tersenyum tipis.

"Serius? Bunda udah masakin buat kamu lho," tanya bunda Lesa memastikan dibalas anggukan laki-laki itu.

Bunda Lesa mengusap lembut kepala Zeka seulas senyum tulus tertarik. "Maaf ya baru bisa jenguk sekarang, gimana sekarang keadaannya? Kalau ada apa-apa bilang bunda aja, anggap bunda seperti ibu kamu sendiri." Tuturnya lembut, ia tak ingin bertanya pasal orang tua laki-laki itu, pasti Zeka akan mengingatnya dan kembali bersedih.

Zeka tertegun rasanya ia malu, bagaimana bisa bunda Lesa masih baik dan perhatian kepadanya apalagi ia pernah menyakiti anak sulungnya. Usapan lembut dan senyum tulus itu membuatnya rindu kepada Zela.

Laki-laki itu mengangguk. "Makasih ... Makasih bun, dan maaf aku udah nyakitin Lea, aku udah jahat bun, aku udah bikin Lea sakit." Ujarnya lirih, ia ingin meminta maaf pada kepada ibu dari gadis yang ia sakiti. Meskipun kata maaf itu sepele tapi itu sangat berarti.

Tatapan wanita itu menjadi kosong, mengingat kondisi Leana dulu, anaknya pernah sakit, tapi ia tak tahu, ia tak ada saat Leana membutuhkannya, ia tak ada saat Leana kesakitan, bunda Lesa membiarkan anaknya berjuang sendiri.

Tak urung ia sesekali merasakan sesak didadanya,  tak jarang bunda Lesa mengingat Leana, tapi ia terlalu sibuk mengurus Neola sehingga melupakan anak sulungnya yang pasti membutuhkannya.

"Kita semua menyakiti Leana."

Lontaran bunda Lesa membuat Neola yang sedari tadi diam tersenyum pahit, ia telah menyakiti kakaknya, ia telah merebut cinta kakaknya. Ia setega itu. Leana tengah sakit tapi tak ada orang diseitarnya yang menemaninya, dan memberikannya dukungan.

Neola juga ingin meminta maaf kepada Zeka, kalau saja ia tak menjalin hubungan dengan laki-laki itu dan tidak memilih egois untuk memiliki Zeka, mungkin keadannya tidak akan sesakit dan sekacau sekarang.

"Kak Zek, maafin aku."

*****

Didalam kelas Leana hanya diam, ia tidak fokus pada penerangan guru didepan, fikirannya melayang pada saat Neola menangis meminta maaf kepadanya, ia tahu adiknya benar-benar menyesal. Dan tentu Leana memaafkannya bagaimanapun mereka adalah keluarganya.

Ia juga mengingat keadaan Zeka, laki-laki itu masih terbaring lemah, ia berharap laki-laki itu dapat berjuang untuk hidup melawan rasa sakit dihatinya, Zeka tak sendiri ia akan menemaninya sebagai teman.

Gadis itu juga sekarang fisiknya tak sekuat dulu, ia harus membatasi aktivitasnya, penyakit yang pernah ia derita dulu belum seratus persen menghilang.

Leana melirik bangku kosong disampingnya, ia tersenyum semir, Lesi sudah tak sekolah disini lagi. Jujur ia merasa kesepian, Leana juga belum tahu soal surat yang dimaksud Lesi.

Leana Story (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang