Bismillahirrahmanirrahim:)
Semoga suka ya:)Tolong tinggalkan jejak dengan vote dan komentar!
Happy reading 💙
*****
Entah mendapatkan hidayah apa Neola meminta mengakhiri hubungannya dengan Zeka, mungkin gadis itu baru sadar jika apa yang di lakukannya sebuah kesalahan.
Zeka sendiri mematung mendengar lontaran gadisnya, ia menatap Neola hangat dengan keringat dingin di pelipisnya, dan senyum manisnya. "Jangan bercanda,"
Neola melepas genggamannya ia menatap langit-langit atap dengan tatapan menerawang. "Aku serius kak, jujur rasa sayang aku sama kak Lea lebih besar dari kak Zeka. Aku gak bisa dibenci sama kakak aku sendiri, aku sadar disini aku yang salah, datang dari hubungan kalian dan menjalin hubungan gelap, ini salah kak." Ucapnya ringan dengan dada yang terasa sesak, satu tetes air mata berhasil lolos.
Zeka melemah ia menggenggam kembali tangan Neola dan menggeleng samar. "Kamu cinta sama aku kan? Kita bisa berjuang lagi oke, Jangan gini La, kita udah berjuang sejauh ini, kamu nyerah hm? you are my first love, i love you. Percaya sama aku," lirihnya. Menatap Neola sendu.
Neola memejamkan matanya ia menggeleng lemah. You don't love me." Lirihnya seperti berbisik.
Neola sudah merenungkan pemikiran ini untuk mengakhiri hubungannya dengan Zeka jauh-jauh hari, ia tidak ingin hubungan saudaranya hancur karena asmara. Sudah cukup perang dingin antara dirinya dan Leana. Keputusannya sudah bulat! Ia tak ingin lemah lagi dengan perilaku dan kata-kata manis Zeka.
"Ini udah jadi keputusan aku," ujar Neola kembali menatap Zeka teduh ia mengelus wajah tampan Zeka. "Jangan bohongin perasaan kamu sendiri, hubungan ini bukan cuma kak Lea yang sakit hati, tapi kita juga," lanjutnya, lalu tangannya beralih menyentuh dada laki-laki itu. "Disini, hati kak Zek sepenuhnya milih Kak Lea, jangan sampai menyesal, aku yakin kita bisa perbaiki semuanya, gak ada yang terlambat, apalagi kak Lea masi mencinta kakak, perasaan bersalah aku semakin menjadi saat kak Lea selalu nangis sendirian di kamar, apalagi sambil merhatiin foto kak Zek, itu nyakitin aku. Aku mau hubungan kita berakhir sampai disini, makasih buat 9 bulan ini selalu ada buat aku." Lirihnya tersenyum tulus. Ia sudah memantapkan hatinya, untuk memperbaiki semuanya.
Semoga saja tak terlambat.
*****
Seorang gadis yang terbaring di atas brankar dengan alat medisnya, gadis itu membuka kelopak mata dengan gerakan slow motion. Ia bisa melihat sekelilingnya.
Sepi.
Gadis itu Leana, ia menghela nafas pelan tenggorokannya terasa kering, gadis itu membutuhkan minum tapi tangannya malas untuk di gerakkan.
Tak lama ia tersenyum tipis tapi ada kegetiran didalamnya. "Gue pikir gak berhasil." Lirihnya dengan suara pelan.
Saat Leana memilih kembali tidur ia di kagetkan dengan suara pintu terbuka, saat menoleh pelaku itu, jantungnya berdetak kencang ia menelan salivanya yang terasa berat.
"Al?" Panggilnya lirih.
Algio masuk dengan langkah pelan ia menatap lurus hanya pada Leana dengan tatapan sedih, marah, kecewa, sulit untuk di artikan. "Kenapa Lea?" Tanyanya sedih, tatapannya melemah ia duduk di kursi dekat brankar, Algio mengusap lembut wajah Leana dengan tangan bergetar.
Leana bergeming, ia hanya menatap Algio dengan tatapan sendu.
"Kenapa gak bilang hm?" Tanyanya lembut.
"Maaf." Cicit Leana.
Algio menggenggam tangan Leana lembut, ia mengecup punggung tangan gadis itu dengan sayang dan cukup lama.

KAMU SEDANG MEMBACA
Leana Story (End)
Teen Fiction(PART MASIH LENGKAP!) CERITA PERTAMA BANYAK KURANGNYA! BANYAK CACATNYA YG BELUM DI REVISI. TERIMA HUJATAN DENGAN LAPANG DADA. (Follow sebelum membaca!💙) Warning! (Cerita ini mengandung emosi) "Bisa gak usah kasar. Gua gak suka cewek kasar," sarkas...