Chapter 29

1.4K 157 49
                                    

Makin dekat jarak bibir Matt ke arah Robert, makin sesak napas Robert untuk dihirup. Sial. Dia semakin dekat.

"Robert!!!" Arkan memanggilnya dari ujung koridor. Membuat Robert terkesiap dan sedikit menjauh dari Matt. Baik Matt dan Robert sama-sama menoleh ke arah Arkan.

"Siapa dia, Bet?" tanya Matt.

"Itu bosku yang kubilang tadi, Matt" jawab Robert.

"Ngapain dia, hah?" tanya Arkan, ketus. "Lo gak apa-apa?"

"Ndapapa, Mas. Saya ndak apa-apa" jawab Robert.

"Oh, nyanda badusta ngana Robert kang. Memang arogan ini orang, katu" cetus Matt.

"Anda bisa lebih sopan sedikit, tidak? Anda belum mengenal saya lebih dari satu menit, lantas anda berani menyebut saya arogan?" cetus Arkan.

"Kong kiapa dang? Kalau ngana marah, berarti so betul noh apa yang kita bilang barusan"

"Diem lu!" cetus Arkan pada Matt. Lantas Arkan menarik tangan Robert dan membawanya pergi dari koridor itu. Meninggalkan Matt sendiri.

Matt tertawa sambil melambai ke arah Robert, "Bye Robert! Nanti torang baku jumpa poli neh!" ledek Matt pada Arkan.

Arkan tak peduli dengan sindiran Matt. Dia hanya peduli pada Robert. Dia tidak mau Robert terbawa pengaruh buruk dari lelaki yang tidak dikenalnha tadi.

~

"Inget ya! Kalo lo jalan sama gue, bukan berarti lo bebas ngobrol sama orang yang gak dikenal! Kalo tadi dia sampe ngapa-ngapain lo gimana? Lo mau, lo diculik, di mutilasi terus organ tubuh lo diambil dan dijual ilegal ke rumah sakit?" omel Arkan, bertubi-tubi pada Robert.

Robert hanya duduk menunduk di atas kasur menghadap Arkan yang berdiri. "Iya, Mas Galak. Maaf"

"Mana tadi dia mau nyium-nyium lo segala, lagi. Kok lu mau sih diperlakuin seenaknya kayak gitu?" tanya Arkan.

"T-tadi..."

"Ngapain lo diem aja pas dia mau nyium lo gitu?"

"Saya..."

"Lo tuh harus punya moral! Harga diri! Jangan polos-polos amat lah!" cetus Robert.

"Baik, Mas Galak. Maafin saya toh, Mas" jawab Robert, polos.

Arkan berdiri dari membungkuknya. Dia membuang napasnya kasar. "Sekali lagi, Bert! Sekali lagi lo udah berhasil gak ngejaga perasaan gua!"

"Saya minta maaf, Mas. Saya janji ndak akan mengulanginya lagi" ujar Robert.

"Oke. Gue maafin lagi"

"Beneran toh, Mas?"

"Iye! Tapi awas kalo sampe lo lakuin lagi"

"Iya, Mas. Saya janji. Saya janji toh, Mas" Robert langsung antusias meluk Arkan dengan cepat saking girangnya.

Arkan terlonjak kaget, namun dia tersenyum kala Robert sudi memeluknya begitu saja. Dia senang dipeluk Robert seperti itu. Entah kenapa perasaannya seakan tenang dan senang saat di peluk Robert seperti itu.

Lantas Robert merasa kikuk kala salah tingkah telah memeluk Mas Galaknya. "Maaf, Mas. Saya... ponstan..."

"Spontan"

"Spontan meluk-meluk Mas Galak tadi. Maaf yo, Mas"

Arkan tersenyum manis. Senyumannya tampan sekali. "Gapapa. Gue suka kok"

Robert pun tersenyum malu, di ucap seperti itu oleh Arkan.

~

Malam harinya, Arkan dan Robert menghadiri aula hotel yang terdapat dua petugas keamanan hotel di pintunya.

Begitu Arkan dan Robert memasuki ruangan tersebut, ruangan itu begitu dingin dan hanya ada Pak Ferdinan dan tiga orang kerabat kerjanya. Serta dua pengawal yang berdiri di sisi kanan kiri Pak Ferdinan. Di meja panjang itu juga di hiasi dengan beberapa piring persneling yang sepertinya akan digunakan untuk makan malam nanti. Serta kursi kosong yang berada di sebelah kiri Pak Ferdinan, yang mungkin akan diisi oleh salah satu kerabatnya yang terlambat atau mungkin sedang ke toilet.

"Selamat Malam, pebisnis handal kita, Pak Arkan" ujar Pak Ferdinan berdiri dari duduknya. Dia menyalami Arkan dan juga Robert.

"Selamat Malam, Pak Ferdinan" sapa Arkan.

"Suatu kehormatan bagi saya, bisa baku jumpa dengan anak seorang pengusaha ternama dan termahsyur di Jakarta" puji Pak Ferdinan.

"Ah, saya kan cuma anaknya, Pak. Belum pengusahanya" ujar Arkan.

"Tapi semangat dan rendah hatinya, sama persis seperti ayahnya ee?" tutur Pak Ferdinan.

"Pak Ferdinan ini bisa saja" jawab ramah Arkan.

"Silahkan duduk, Pak Arkan dan..."

"Oh, sekretaris saya. Robert"

"Iyah, Pak Robert. Waduh, dari depe nama saja, so sama deng orang-orang kita ini noh. Jangan-jangan leh ternyata Pak Robert ini orang Manado juga, katu?" seru Pak Ferdinan.

Robert tersenyum malu, "Ndak, Pak. Saya dari Kartasari, di Jatim"

"Ooohh... sudah ketahuan dari logatnya ee?" tutur Pak Ferdinan.

Arkan dan Robert hanya tertawa basa-basi.

"Jadi langsung saja nih, Pak. Sekiranya apa yang Bapak perlukan dari Arzafka Industries ini, Pak?" tanya Arkan. Lalu dia berbisik pada Robert, "Jangan lupa catet, Bet!"

"Iya, Tuan" jawab Robert.

"Nah, begini Pak Arkan. Karena kami akan membuat anak cabang perusahaan, cafe and resto di kawasan Jalan Katamso, maka kami membutuhkan furniture yang elegan, indah untuk dilihat serta nyaman digunakan"

"Sure. Berbahan apa yang Pak Ferdinan inginkan? Jati, sungkai, mindi?" tanya Arkan.

"Best of the best" jawab Pak Ferdinan

"Its on us, Sir" jawab Arkan

"Dalam waktu 10 bulan lagi, gedung kami akan selesai. Oleh karena itu, saya pun memberikan jadwal deadline yang sesuai pada Arzafka Industries. Jika sesuai, maka akan banyak lagi project lain yang akan kami serahkan pada Arzafka Industries"

"Siap, Pak" Arkan tersenyum antusias.

"Untuk penandatanganan berkas dan lainnya, akan kita lakukan selepas makan malam ya, Pak Arkan. Jadi, kita santai saja dulu ini malam" ujar Pak Ferdinan.

"Baik, Pak" Arkan tersenyum mengangguk.

Hingga kemudian seseorang datang bersama pengawal, nampak tampan dan begitu angkuh berjalan menghampiri meja makan.

"Aduh, kita pe anak ini dang, kenapa lama sekali ada ba ganti baju ini dia dang?"(Aduh, anak Papi nih, kenapa lama banget ganti bajunya?) tanya Pak Ferdinan.

"Stupid things make me look an ugly, Dad" jawab lelaki tersebut yang duduk di kursi kosong di sebelah Pak Ferdinan.

Robert dan Arkan melotot seketika begitu tahu bahwa lelaki yang duduk di hadapannya adalah,

"Pak Arkan, Pak Robert, kenalkan neh, ini anak saya, depe nama Matt" ujar Pak Ferdinan.

TO BE CONTINUED

LOST ON YOU (END 21+)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang