Chapter 43

1.2K 149 38
                                    

Robert mengernyitkan keningnya.

"Serius lu, Bert??? Dia ngajakin lo juga???" tanya Arkan.

Robert manggut-manggut.

Arkan mendadak cemas. Sialan. Ngapain si Hema pake ngajak si Robert segala juga, sih. "Bert... lo kalo mau lanjut kuliah, boleh kok. Gak ada yang larang lo untuk pendidikan lo sendiri. Tapi, Bert. Masa harus ke luar negeri??? Kan jauh banget itu, Bert. Kerjaan lo gimana??? Gue....??? Ama siapaa???"

Robert termenung, "Itu juga sih yang sedang saya pikirkan toh, Mas. Ndak mungkin saya meninggalkan pekerjaan saya begitu saja. Itu kan sudah menjadi tanggung jawab saya, Mas"

"Naaaahhh!!! Itu baru Robert yang gua kenaaaal! Mau tanggung jawab!" tukas Arkan.

Robert pun manggut-manggut lagi. Sate pun datang.

"Yaudah, makan yuk!"

"Nje, Mas"

~

"Gimana??? Udah puas dinner barengnya???" tanya Hema seketika, begitu Robert masuk ke dalam kamar. Dia belum tidur, bahkan Hema mengenakan pakaian yang rapih, seperti habis dari luar.

"Mas Hema mau kemana???" tanya Robert.

Hema gelagapan, menggeleng. "Enggak! Gak kemana-mana. Gue juga baru aja abis makan diluar kok sama Kanam!" cetusnya sambil membuka kaus hitam dan celana jinsnya. Dia tinggal mengenakan celana boxernya. Dia berbaring di tengah-tengah kasurnya.

Sejurus Robert pun melepas celana jins panjangnya dan mengenakan kaus serta celana pendeknya. Lalu dia manyun. "Mas Hema... Mas Hema masih marah toh sama saya?" tanya Robert.

Hema hanya memandang langit-langit kamar sambil menempelkan kedua tangannya di belakang kepalanya. Diam.

"Saya minta maaf toh, Mas..." tutur Robert.

Lantas Hema berujar tak melihat kearah Robert. "Setelah gue dapet ijin dari Kakek, lo tetep harus ikut gue, Bert!"

Robert hanya diam, bingung. Gundah gulana, bimbang.

Hema pun masih sama, terus menatap ke arah langit-langit kamarnya.

"Mmm... terus sekarang saya mau tidur dimana toh, Mas?" tanya Robert, memelas karena seisi tempat tidur telah di dominasi oleh Hema.

Hema kemudian minggir ke sisi dinding kamar, memberikan lahan untuk Robert tidur.

Robert pun berjalan menuju tempat tidur, lalu dia berbaring menghadap ke lemari, tak memandang Hema. Dia masih bingung. Hatinya sangat terbebani. Pada satu sisi, dia tak ingin mengecewakan Hema. Tapi disisi lainnya, Robert merasa bahwa dia juga tak ingin meninggalkan Mas Galaknya.

Sejurus sebuah tangan menjamah turun ke dada Robert. Tangan yang perlahan-lahan mulai memeluk Robert dengan lembut dari belakang. Dia bahkan berani mengecup leher bagian belakang Robert. Sambil berkata, "Gue sayang sama lu, Bert! I love you..." bisik Hema.

~

Suara ketukan pintu di pagi hari membuat Hema terbangun, sedangkan Robert sedang mandi untuk bersiap-siap ke kantor.

Begitu Hema membuka pintu dia tersentak ketika melihat Ayah kandungannya yang tampan itu sudah berdiri di hadapannya. "Selamat pagi, Nak"

"Papah..." kaget Hema, menelan ludah. "Papa ngapain kesini sih, Pah?"

"Papa kangen sama kamu, Sayang" jawab Yugo.

"Iya, tapi..."

"Gimana? Sudah kamu pikirkan baik-baik tentang kelanjutan kuliah kamu???" tanya Yugo.

LOST ON YOU (END 21+)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang