"Logat medok kamu udah ilang ya, Bert?" tanya Arkan pada Robert.Ini sudah pukul tiga pagi dimana suasana Jakbar lebih tenang dari biasanya. Sehabis makan malam di warung makan sate, ada banyak obrolan panjang yang membuat mereka sampai lupa waktu.
Tak naik mobil atau kendaraan mewah. Mereka berdua memilih berjalan kaki di sisi trotoar dengan cahaya oranye dari lampu jalanan di kota Jakbar.
Robert tersenyum atas pertanyaan Arkan barusan. "Dari sekian banyaknya pertanyaan, Mas Galak kok malah nanya yang itu?"
Arkan tertawa kecil, "Yaaa... gapapa! Pengen tau aja. Hebat ya cara Hema mengubah kamu selama tiga tahun di London"
Robert berhenti berjalan, dan tersenyum manis pada Arkan. "Bukan Hema, Mas Galak. Tapi kemauan"
"Kemauan?" ulang Arkan.
"Saya pengin belajar dan cepat lulus disana. Makanya saya juga berusaha menyesuaikan bahasa yang digunakan di sana" ujar Robert.
"Tapi... kalo Bahasa Indonesia?" tanya Arkan lagi.
"Mas Galak jangan salah. Disana ada perkumpulan mahasiswa Indonesia. Lagian kalau saya ngobrol sama Mas Hema pun, saya menggunakan Bahasa Indonesia, kok"
Arkan tertawa kecil, "Pasti berat banget usaha kamu untuk belajar itu di bulan pertama ya, Bert?"
Robert tersenyum dan kembali berjalan, "Lebih berat ngelupain Mas Galak sih"
Giliran Arkan yang berhenti berjalan. Dia tergelitik akan kalimat Robert barusan. Kupu-kupu diperutnya seakan berterbangan sekelebat. "Apa?" tanyanya sambil senyum.
Robert berbalik dan berjalan menghampiri Arkan. "Iya. Saya gak bisa lupain Mas Galak disana. Berat bagi saya untuk ngelupain Mas Galak gitu aja. Malah saya rindu"
"Bert, ini kita lagi dipinggi jalan ya. Kamu jangan bikin saya pengen guling-guling di tengah jalan loh!" ujar Arkan.
"Yo ndapapa toh kalo mau guling-guling di jalan. Wong sepi kok jalanan'e" ledek Robert menggunakan aksen medoknya.
Arkan tertawa seketika, "Ngeselin kamu tuh"
"Mending saya kan, ngeselin. Daripada Mas Galak! Ngangenin!"
"Bert please!"
"Apa?"
"Don't!"
"Why?"
Arkan menundukkan kepalanya, "Saya malu"
Robert tersenyum dan membungkuk. Dia memperhatikan raut wajah Arkan yang tersipu dari bawah. "Saya suka!"
Arkan geleng-geleng kepala. "Stop!"
"Saya suka Mas Galak" ledek Robert lagi, tak berhenti.
"Saya beneran guling-guling nih!"
"Awas ada truk toh, Mas!"
Arkan tertawa lagi, mencubit perut Robert. "Ngeselin kamu tuh!"
Robert ikut tertawa terbahak-bahak.
Menghabiskan malam sampai pagi bersama Arkan memanglah satu hal yang bukan biasa saja. Tapi luar biasa.
~
Arsen berada di sebuah area balap liar motor bersama teman-teman SMP juga teman lainnya. Area itu ramai sekali meski sudah hampir pagi. Arsen biasanya memasang taruhan paling tinggi dan mengandalkan Joni, anak SMA Pribahasa.
Arsen mengenal Joni dari teman-teman SMPnya yang gaul abis. Tiap kali ngumpul atau nongkrong, pasti selalu di tempat yang hits. Mulai dari kelab sampai arena balap liar seperti ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
LOST ON YOU (END 21+)
FanfictionWARNING : CERITA INI BERUNSUR LGBT, DAN MENGANDUNG KALIMAT KASAR. TIDAK DI ANJURKAN UNTUK HOMOPHOBIA. Ini cerita tentang seorang laki-laki yang (bisa juga) jatuh cinta. Robert Wiguna (17) lulus SMA dari Desa Kartasari, Jatim. Dia tinggal bersama Bud...