"Ayah... kok...???" Robert keram kelu untuk berbicara. Dia sesekali menatap Ayahnya, menatap Arkan, menatap Isabel serta Tuan Arthur.
"Dasar anak gak tau di untung kamu! Sudah bagus, saya ini mau memberikan yang terbaik buat kamu! Setiap hari saya banting tulang bekerja hanya untuk menjalankan rencana saya dengan matang untuk kamu, apa balasannya???" tegas Kristoff pada Robert.
Robert berkaca-kaca. "Saya ndak mau dijodohkan toh, Yah! Saya punya pilihan saya sendiri untuk hidup saya!"
"Kalau kamu gak mau dijodohkan, bilang! Bukannya lari-larian seperti ini! Anak kurang ajar!!!"
"Tapi opo pernah toh, Ayah memikirkan perasaan saya???"
"Heh!!! Kalau saya sibuk mikirin perasaan kamu, lantas bagaimana dengan saya sendiri??? Anak kurang ajar!" cetus Kristoff sambil menekan pipi Robert kuat-kuat.
"Kamu juga, Arkan!" giliran Kristoff yang berbicara, "Kenapa sih, kamu baru kasih tau sekarang, kalau ternyata anaknya Pak Kristoff selama ini bekerja di perusahaan kita??? Malah nyembunyiin, lagi!"
Arkan menekuk alisnya, "Hah???"
Robert ikut tertegun, menatap Arkan. "Bilang sekarang???" Apa maksudnya. "Jadi..."
"Ya! Tuan Muda Arkan sendiri yang SMS ke saya kalau selama ini dia menyembunyikan kamu bekerja disini! Beliau bilang, beliau juga sudah lelah dengan sikap kamu ke dia selama ini, Robert!!! Memalukan!!!" gertak Kristoff.
Arkan melotot ke arah Kristoff.
Robert menatap tajam wajah Arkan baik-baik. Peringatan keras.
Arkan memandang Robert, gelagapan. "Bert... ini semua..."
"Hanya karna Mas Galak cemburu... terus Mas bisa buka semuanya tiba-tiba ke Ayahku, Mas? Iyaaa???" air mata Robert berlinang derai.
Arkan berusaha menjelaskan, "Bert! Gua sama sekali gak ada..."
"Sudahlah, Mas Robert!" Isabel ambil alih, "Pulanglah ke Ayahmu. Biar bagaimanapun, dia ayah kamu. Satu-satunya keluarga kamu disini"
Robert geleng-geleng kepala. Lantas dia berujar, "Jahat kalian semua. Saya kecewa sama Mas Galak!!!" Robert berlari pergi meninggalkan kantor tersebut dan langsung menghentikan ojek online mendadak, tanpa pesan.
"Biar saya kejar!" cetus Arkan pada semua orang di lobi kantor tersebut. Arkan lantas berlari dengan cepat keluar gedung, namun Robert sudah menjauh.
Arkan pun mengeluarkan mobilnya dari parkiran lalu mengejar Robert yang sepertinya akan pulang ke rumah Pak Faiz.
~
Setibanya di gang kompleks, Robert penuh tangis berjalan dengan cepat untuk menuju rumah.
Dia bahkan tak menyadari ketika melewati warung Syifa dan juga pos kamling yang sedang ada Hema, Lukman, Ican dan Awang.
"Mas Bule... Mas Bule kenapa???" tanya Syifa, namun Robert tak menggubris, terus berjalan. Syifa pun berteriak pada Hema yang sedang bermain gaple di pos kamling. "Baaaang! Bang Hema, itu Mas Bule, Bang! Nangis!" teriak Syifa dari kepala warung.
Hema menoleh dan langsung penuh gesa menghampiri Robert. "Bet!!! Bettt!!! Robert lu, kenapaa???" tanya Hema tak sabar. Dia memegang kepala Robert dengan tatapan penuh perlindungan. "Bilang sama gua, lu kenapa???"
Robert sesenggukan menangis, merasa di hianati. Merasa di jahati oleh seseorang yang dia percaya.
Seiring Hema yang semakin bingung, turut memeluk Robert yang sesenggukan.
Robert sendiri menangis sejadi-jadinya pada pelukan Hema di tengah jalan kompleks tersebut.
Permainan gaple selesai karena yang lainnya kini fokus pada Robert. Seiring Syifa keluar dari rumahnya dan turut memberikan Robert minum. "Suruh minum dulu, Bang!" kata Syifa pada Hema.
KAMU SEDANG MEMBACA
LOST ON YOU (END 21+)
FanfictionWARNING : CERITA INI BERUNSUR LGBT, DAN MENGANDUNG KALIMAT KASAR. TIDAK DI ANJURKAN UNTUK HOMOPHOBIA. Ini cerita tentang seorang laki-laki yang (bisa juga) jatuh cinta. Robert Wiguna (17) lulus SMA dari Desa Kartasari, Jatim. Dia tinggal bersama Bud...