Chapter 30

1.5K 159 16
                                    

"Matt?" Robert tak menyebut nama itu tanpa suara. Masih tak percaya bahwa Matt adalah seorang anak dari rekan bisnis Arkan.

Matt tersenyum pada Robert. "Robert, bukang main ngana ternyata salah satu rekan bisnis kita pe papa?"

Robert tersenyum gelagapan, "B-bukan saya toh, Matt. Tapi Pak Arkan"

Matt mengangkat kepalanya, menatap Arkan penuh dendam. "Oooww... jadi dia, kang?"

Arkan hanya bisa menahan marah, dendam dan menelan ludah. Sial. Bisa-bisanya gue satu rekan kerja sama orang tuanya nih bocah. Umpat Arkan dalam hati.

"Wah wah wah... ternyata Manado ini memang sempit komang. Nyanda sangka ngoni so lebe dulu kenal deng kita pe anak" (Ternyata Manado ini memang sempit ya. Gak nyangka kalian sudah lebih dulu kenal dengan anak saya) tutur Pak Ferdinan.

"Kalo Robert memang kita pe tamang, papa. Tapi kalo depe bos, adoh bukang kita pe level neh!" (kalau Robert memang temanku, Papa. Tapi kalo bosnya, aduh bukan levelku deh) cetus Matt.

"Hus, Matt. Jangan kowa begitu ngana noh. Pak Arkan ini papa punya rekan bisnis. Tolong hargai sedikit dulu neh" (Hus, Matt. Jangan begitu lah. Pak Arkan ini rekan bisnisnya papa. Tolong hargai sedikit ya) ujar Pak Ferdinan.

"Oooww... iyo dang iyo" Matt terus menatap Robert penuh arti. Arkan yang melihatnya bagai memiliki ketertarikan antara Matt dengan Robert.

Sementara Robert hanya diam saja. Tak tahu harus melakukan apa. Hanya diam yang membuatnya merasa cukup.

~

Saat Arkan dan Robert berjalan menuju kamar mereka, Matt tiba-tiba menyusul dan menghentikan langkah keduanya. "Robert"

"Eh, Matt. Ada apa?" tanya Robert, sekilas dia melirik ke arah Arkan yang menatapnya tajam, lantas dia merubah ekspresinya menjadi canggung. Tak lagi antusias.

"Boleh kah nyanda ngana kaluar deng kita ini malam. Biar cuma kemana begitu, ba lia-lia ni kota dang. Bagus nda menurut ngana" (Boleh gak lo jalan sama gue malem ini. Kemana kek, ngeliatin kota. Bagus atau gak menurut lu) Matt menawarkan diri.

Robert diam sebentar. "Mmm..."

Tak. Arkan memukul pelan punggung Robert untuk tak melakukan hal bodoh.

"Kayaknya saya ndak bisa deh, Matt. Karena ada banyak pekerjaan yang harus saya kerjakan. Ini toh menyangkut anak cabang perusahaan papa kamu toh, Matt" jawab Robert.

"Ah, jang badusta ngana Robert. Kita tau ngana pe bos ini yang ba tekan pa ngana toh? Supaya nya usah dekat-dekat deng kita toh?" (ah, jangan boong lu, Bert. Gue tau, bos lo ini kan yang neken-neken lo? Supaya gak deket-deket sama gue?) tanya Matt.

"Lo gak denger dia ngomong apa? Kenapa lo malah nuduh gue?" cetus Arkan.

Matt hanya diam dengan senyuman remehnya pada Arkan.

Lantas Arkan dan Robert pun kembali berjalan menuju kamar mereka. Membiarkan Matt sendirian disana.

~

"Inget yah, jangan deket-deket sama Matt! Gue gak suka!" cetus Arkan pada Robert begitu dia berada di dalam kamar bersama Robert.

Robert mengangguk, "Nje, Mas"

"Dah, gue capek banget. Ngantuk, pengen tidur. Lu boleh lakuin apa aja yang lu mau, tapi jangan macem-macem, oke? Apalagi yang berhubungan sama Matt! Ngerti?" ujar Arkan.

Robert mengangguk, paham.

Seiring Arkan pun tidur dengan kaus putih dan celana pendeknya. Hingga kemudian, telpon di kamar itu berbunyi seketika.

"Ada telpon, Mas" ujar Robert seketika.

"Duuuhh, gue tuh mau tidur. Lu angkat gih. Paling juga service hotel" cetus Arkan.

Robert pun menurut dan mengangkat telpon tersebut. "Halo"

"Bisa bicara dengan Pak Robert?" tanya seseorang di ujung telpon.

"Ya saya sendiri"

"Bert, ini kita Matt!" suara tadi berubah seketika.

"Hah?"

"Sssttt... ngana jangan bicara apa-apa. Cukup dengar saja kita neh"

Robert diam, sambil melirik ke arah Arkan yang sedang tidur.

"Pigi kamari di luar ngana wa, kita butuh sekali pa ngana. Biar cuma ba cerita torang dang"

Robert berbicara dengan suara bisik, "Matt, mau apalagi sih? Kamu kan dengar sendiri tadi toh. Pak Arkan ndak ngebolehin aku..."

"Tolong kowa Robert. Sampe hati skali ngana tidak mo bakudapa deng kita? Kita ini nyak ada tamang disini kasiang. Pliss laah, biar cuma kali ini dia noh" (Tolong lah, Bert. Gini amat lu sampe gak mau ketemu sama gue? Gue gak punya temen disini. Pliss laah, walau cuma kali ini) pinta Matt.

Robert menclinguk lagi ke arah Arkan yang masih tidur. Lantas dia memejamkan matanya. Dia tahu ini bodoh, tapi dia juga merasa kasihan pada Matt. "Janji cuma sebentar saja?" tanya Robert.

"Janji. Asli ini. Janji" ujar Matt diujung sana.

"Yowis. Saya turun dari sekarang"

Matt tersenyum bahagia, "Okay. Temui kita di lobi ini hotel neh. Kita disini"

"Iya" telpon di tutup. Lantas Robert menghampiri Arkan yang sepertinya tertidur pulas sampai mendengkur pelan. Kemudian Robert pun memberanikan diri keluar dari kamarnya dan menguncinya dari luar.

Tak membawa ponsel, tak membawa dompet, Robert berjalan tergesa menuju lobi hotel Aryaduta tersebut.

Jam sudah menunjukkan pukul setengah dua belas malam.

Begitu Robert tiba di lobi hotel, dia mencari-cari dimana keberadaan Matt. Nyatanya Matt tidak ada disana. Robert sedikit geram karena mungkin Matt hanya sedang mengerjainya.

Namun kemudian suara klakson mobil berbunyi dari luar hotel. Bersamaan dengan petugas hotel yang membukakan pintu masuk hotel tersebut.

Robert pun berjalan keluar menuju mobil tersebut. Lantas dia melihat ke arah mobil tersebut. "Matt?"

"Marijo, maso sini ngana!" (Ayo, masuk mobil sini lu) ajak Matt.

Robert masih diam, cemas memandangi mobil sport mewah yang dibawa Matt. Katanya cuma sebentar, tapi kenapa di suruh masuk mobil.

"Tenang jo ngana. Ni mobil nyanda mo berubah jadi labu kalo so lewat jam 12 malam" bujuk Matt.

Robert mau tidak mau masuk ke dalam mobil, saat salah seseorang membukakan pintu mobil depan untuknya.

"Siap?" tanya Matt.

"Kita mau kemana, Matt?? Bukannya kamu bilang kita cuma sebentar?"

"Iya, cuma sebentar do eh. Nyanda mo lama torang"

"Iya tapi kemana?"

"Kita mo kase kenal bagaimana tu Manado pa ngana ee!" (Gue mau kenalin lu Manado yang asli)

TO BE CONTINUED

LOST ON YOU (END 21+)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang