"Udah deh, lo gak usah ngomong apa-apa! Semakin lo banyak omong, semakin deres nih ujan!!!" cetus Arkan, kesal.
"Memangnya opo ngaruh toh, Mas?" tanya Robert lagi.
"DIEM!!!"
"Iya iya iya, Mas! Ojo nesu-nesu dong!" gumam Robert, bersuara pelan lalu dia berdiam sambil memeluk termos es batunya.
Ketika hening, Arkan tetap fokus menyetir mobilnya. Sedang Robert masih diam menatap jalan.
"Tinggal dimana lu?" tanya Arkan seketika.
Robert diam, tak menjawab.
"Heh, ditanya malah bengong!" cetus Arkan.
"Sssttt... jangan ajak saya ngomong toh, Mas"
"Mang napa?"
"Nanti ujannya tambah deres, toh? Kan tadi katanya Mas Galak, semakin saya ngomong semakin ujannya tambah deres, toh Mas?" ujar Robert.
Ucapan Robert barusan membuat Arkan memejamkan matanya dengan geram. "Maksud gue tuh... bicara seadanya aja. Gausah cerewet! Ngerti??? Kampung!" kesal Arkan.
"Ooooh, nje, Mas! Paham saya!" jawab Robert.
Kemudian hening sejenak, lalu Arkan melirik ke arah Robert yang sedang menggigil kedinginan. Lalu Arkan pun bersuara, "Kenapa lu???"
Robert tak bisa menjawab, saking dinginnya.
"Kedinginan?" tanya Arkan.
"Lu-lumayan lah, Mas" ujar Robert.
Lalu Arkan segera mematikan air conditioner pada mobilnya. "Kampung!"
"Dingin kan manusiawi toh, Mas! Memangnya Mas Galak ndak pernah ngerasa kedinginan opo??" tanya Robert.
"Halah, cerewet!" cetus Arkan, "Udah deh! Rumah lu dimana sih?" tanya Arkan.
"Ndak jauh toh dari sini, Mas! Memangnya kenopo toh, Mas Galaknya tanya-tanya rumah saya?" tanya Robert.
"Mau masang bendera kuning di depan rumah lo!!!"
"Astaga Tuhaaan, sopo toh yang meninggal, Mas?"
"Ya gue mau anterin lu balik, lah. Masa' mau main congklak?" tanya Arkan.
Robert seketika melongo, "Waduh, Mas... jangan!"
"Kenapa???"
"Ndak enak saya toh, Mas!"
"Heh! Niat gue baik, bukannya bersyukur, malah di tolak! Lo gak tau siapa orang yang lagi lu tolak ini?" tanya Arkan.
"Maaf toh, Mas. Tapi seriusan ini. Saya juga ndak enak sama Pak Faiz. Apa kata Pak Faiz dan Mas Hema toh, kalau mereka tau, saya pulang tapi susu kacangnya belum habis"
"Heh! Sekarang kondisinya beda! Cuacanya lagi ujan! Mereka juga bakalan ngerti kali! Bego banget sih lu!"
"Tapi sayanya toh, Mas, yang ndak enak! Saya turun disini saja, Mas. Ndak apa-apa" ujar Robert.
Mobil pun langsung berhenti. "Serius lu? Ujannya masih deres parah ini!" cetus Arkan, tak yakin.
"Ndak apa-apa, Mas Galak. Saya biasa hujan-hujanan di kampung, kok. Makasih sekali lagi atas tumpangannya toh, Mas. Permisi" Robert turun dari mobil mewah itu seketika. Lalu kembali berjualan.
"Gilaaa... gigih sih gigih! Tapi dia gak sayang, apa sama badannya?" cetus Arkan. Hingga kemudian pikiran Arkan mendadak buntu, seiring dia pun turut menekan-nekan klakson mobilnya dan menurunkan jendela mobilnya. TIN TIN TINNN!!! "Robert!!!" teriak Arkan, tanpa menyadari, bahwa itu kali pertama dia memanggil nama anak itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
LOST ON YOU (END 21+)
FanfictionWARNING : CERITA INI BERUNSUR LGBT, DAN MENGANDUNG KALIMAT KASAR. TIDAK DI ANJURKAN UNTUK HOMOPHOBIA. Ini cerita tentang seorang laki-laki yang (bisa juga) jatuh cinta. Robert Wiguna (17) lulus SMA dari Desa Kartasari, Jatim. Dia tinggal bersama Bud...