Chapter 14

1.6K 187 28
                                    

Sedikit lama di detik ciuman itu terjadi, Arkan akhirnya mendorong tubuh Robert. Robert pun meringis sakit saat badannya menubruk kursi mobil. "Aduuuhhh... Sakit toh, Mas"

"Dasar otak mesum lu!!! Ngapain lu nyium-nyium mulut gue???" omel Arkan.

"Ndak terbalik toh, Mas? Mas Galak duluan yang cium-cium celana saya" ujar Robert.

"Heh, niat gue tuh ngebantu lo masangin seat belt! Ngapain lo tarik tuas jok mobil hah? Salah sendiri kalo kepala gue nemplok ke perabotan lo!" cetus Arkan.

"Yo maap toh! Jangan marah-marah terus toh, Mas Galak. Nanti darah tinggi ee"

"Lu! Yang bikin gue darah tinggi"

Robert cemberut.

"Udah sekarang jangan banyak omong ! Diem-diem aja disini!" cetus Arkan.

Robert manggut-manggut.

Sejurus Arkan pun menarik persneling lalu menjalankan mobilnya keluar dari kantor itu.

Di perjalanan yang entah Robert kira akan kemana-asal menurut saja, kedua lelaki itu saling diam tak berkata apa-apa.

Ada kali sekitar enam menit mereka saling diam di tengah mobil berjalan dan hiruk pikuknya kemacetan. Sampai Arkan bosan sendiri dan mencoba melirik ke arah Robert. Saat Robert meliriknya balik, Arkan membuang muka.

"Kenopo toh, Mas, liat-liat?" tanya Robert.

"Dih, geer banget lu! Siapa yang liatin lu?" cetuk Arkan.

"Lah wong tadi lirik-lirik ke saya, toh, Mas"

"Heh! Emang kenapa kalo gue mau lirik-lirik lu? Gak boleh? Ada gitu, larangannya Bos ngeliatin sekretarisnya sendiri, hah???" gemas Arkan.

"Yo ndak toh" jawab Robert. Kemudian dia terengah, loh. Eh. "Tuh kaaan, berarti Mas Galak dari tadi liatin saya terus toh???"

"Ih, bawel banget sih lu jadi cowok!"

Robert memonyongkan bibirnya.

"Coba dong, attitude-nya di ubah dikit. Kan sekarang udah jadi sekretaris gue! Kerja sama gue, pula! Enak lagi, kerjanya. Jadi sikap tuh tolong di ubah dong!"

Robert manggut-manggut. "Iyo, Mas"

"Dan gak ada ya, panggil-panggil Mas Galak kalo di kantor! Panggil gue Pak Arkan!!! Ngerti?"

"Tapi Mas Galak lebih cocok toh, Mas"

Arkan melotot pada Robert.

Robert menelan ludahnya. "Yowis. Siap, Pak Galak!"

Arkan hanya bisa bersabar. Sungguh heran ia bisa dipertemukan oleh Robert si lugu dan udik ini. Dia tak pernah menyangka akan menemukan sosok menyebalkan seperti Robert. Tapi anehnya, dia malah merasa nyaman jika ada Robert. Ataupun jika Robert berceloteh ria dengan aksennya yang medok.

"Ini kita mau kemana toh, Mas?" tanya Robert.

Arkan terengah. Dia baru sadar jika dia tidak tahu akan kemana sebelum dia pergi ke Mal. Sepertinya dia memiliki janji dengan klien. Dia resah. Kemudian dia pun menyuruh Robert untuk mengambil ponselnya. "Coba lo ambilin deh nih hape gue di kantong"

"Kantong mana toh, Mas?"

"Celana! Masa kantong kresek!"

Robert pun menurut walau dia masih sedikit canggung dan takut-takut. Tangannya pun berusaha untuk mencoba mengambil ponsel milik Arkan di saku celananya.

Arkan nampak biasa saja, sedang Robert terlihat kesulitan. "Susah toh, Mas Galak. Celana Mas Galak ketat banget toh"

"Bisa itu! Tinggal lebih dalem aja lu masukin"

LOST ON YOU (END 21+)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang