Chapter 3

2.4K 216 49
                                    

Arzafka Industries adalah sebuah perusahaan properti ternama dan cukup gemilang di antara pesohor sekelasnya. Tak heran, banyak klien yang mempercayakan proyeknya bersama perusahaan yang didirikan oleh Arthur Arzafka yang tak lain adalah Ayah dari Arkan, pengusaha muda dan paling perfeksionis di perusahaan tersebut.

Arkan terkenal dengan prioritas dan sikap perfeksionisnya. Ia kerap kali angkuh dan super sinikel. Pandangannya selalu sinis terhadap siapapun. Walau sudah memiliki seorang istri dan anak satu, pesona Arkan yang begitu karismatik dan memikat selalu menjadi bahan gosip para wanita di kantor tersebut. Meski begitu, Arkan tetap setia pada istrinya, Maudy dan juga cinta terhadap anak semata wayangnya, Arsen.

"Selamat pagi, Pi" sapa Arkan, mencoba tenang walau dia tahu Papinya itu pasti akan marah karena keterlambatannya.

Tuan Arthur dan juga para staf lainnya turut mendongak kepada Arkan. "Pagi? Pukul sembilan kamu bilang pagi, Arkan?" tanya Tuan Arthur dengan tegas yang tengah duduk di kursi besar dengan sikap profesionalisme-nya. Sedang di belakangnya tengah berdiri Kristoff Wiguna, pengawal pribadi dan tersetia dari Tuan Arthur.

"M-maaf, Pi. Tadi di jalan macet terus"

"Alasan klasik!" tukas lelaki berusia 66 tahun tersebut. "Kalau kamu sudah tahu jalanan macet, datanglah lebih pagi!"

"B-baik, Pi" ujar Tuan Arthur, tanpa pandang bulu. Tanpa memandang bahwa orang yang sedang di marahi di depan banyak orang ini adalah anaknya sendiri.

"Ya ampuuuunnn... kasian, Pak Arkan" ujar Neti yang duduk di kursi paling ujung, bersuara pelan.

"Berisik lu, di pecat mampus lu!" balas rekannya yang duduk di sampingnya, Mia.

"Abis di pecat, di grepe-grepe deh sama Pak Arkan. Uuuuhhh... lu liat dah tuh badannya, ya ampuuuunnn... ampe ketat banget gitu doooong. Belum lagi tuh lu liat bawahannya, jendolannya gede binggo boooo... gue yakin Bu Maudy pasti puas banget dah tuh tiap malem. Bisa aaaahhh... aaahhhh... aaahhh..."

Seisi meja rapat turut memandangi Neti. Mia langsung saja menyumpal mulut Neti dengan tissue. "Jangan bikin malu lu oneng! Kita lulusan S1 yang keterima kerja disini aja udah sukur, biadab"

"Mhhmhmhn" Neti berbicara tidak jelas karena tissue yang menyumpal di mulutnya. Orang-orang disana hanya bisa geleng-geleng kepala.

"Sudah duduk kamu, Arkan" suruh Tuan Arthur.

"Baik, Pi" Arkan menurut dan duduk di kursi sisi kanan dekat dengan sahabatnya, Abimanyu.

"Makanya jangan ngaret pak booosss" bisik Abi.

"Ah, ini semua tuh gak bakal terjadi kalo bukan karna joki three in one sialan tadi" cetus Arkan.

"Joki? Lu lewat jalan khusus three in one?"

"Iye! Udah udah, nanti gue ceritain. Mana proposal lu, gue liat. Meeting apa hari ini?" tanya Arkan.

"Biasa, collab sama company baru. Lu baca aja deh nih"

"Oke oke"

~

"Aduuuhh... ini uangnya yo masih di aku toh. Wong kembaliannya belum tak kasih pulang sama Mas galak tadi. Kasian ee... dia pasti juga butuh sekali sama uangnya. Dia pasti juga kesusahan. Gimana kalo itu uang makannya dia? Kalo mau beli bakso? Kalo mau beli siomay? Wih, kasihaaann... ora tega aku yo! Tapi mo cari dimana Mas galak sama Bapak baiknyaaa???" cetus Robert. Lalu kemudian perutnya berbunyi. Keroncongan.

"Duh, berdering lagi, berdering lagi nih perut! Mau makan, tapi... di pake berapa yo uangnya???" tanya Robert bingung. Lalu dia berpikir sejenak, "Se'lah. Tak pinjem dulu uangnya sebagian buat makan, kan ndak seberapa toh. Nanti tak pulangin lagi" gumam Robert.

LOST ON YOU (END 21+)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang