Chapter 19

1.4K 157 20
                                    

"Iye iye ah, udah ah! Gausah lebay deh, Bert! Biasa aja!" ujar Arkan. "Jadi laki tuh harus punya wibawa dong. Punya prinsipal"

Robert manggut-manggut. Lalu kemudian dia melirik ke piring satenya yang masih banyak. Dia melamun.

"Kenapa? Kok gak dilanjut makannya?" tanya Arkan.

"S-saya... merasa ndak enak toh, Mas" ujar Robert.

"Gak enak, gak enak kenapa?" tanya Arkan, heran.

"Dari tadi siang saya makan enak terus sama Mas Galak. Tapi saya kepikiran orang rumah, opo sudah pada makan po belum toh yo?" ujar Robert, jujur.

Arkan tertawa kecil, "Yaudah, pesen lagi aja sana. Tiga puluh tusuk!" cetus Arkan.

"Wih, kebanyakan, Mas. Dua puluh saja yo. Takutnya juga mereka sudah makan malam. Nanti jadi mubazir"

"Ya kan bisa lu makan lagi tengah malem kalo laper"

"Tapi..."

"Alaaahh, tapi tapi tapi mulu lu ah! Udah sana cepet pesen!"

"Nje, Mas" Robert menurut kemudian memesan beberapa tusuk sate lagi untuk dibungkus pulang.

~

Di mobil dalam perjalanan pulang, Robert lagi-lagi mengujarkan terima kasih pada Arkan.

"Sekali lagi... makasih toh, Mas. Buat semuanya"

"Hmmm" Arkan fokus menyetir ke jalan. "Oh iya, inget ya! Besok lo dateng ke kantor jam 10 aja. Tapi dalam keadaan semua barang bawaan lu selama tiga hari di Manado udah dalam keadaan rapih dan gak ada yang ketinggalan! Pesawat kita take off jam 12 siang!"

Robert melotot menelan ludahnya, "T-tiga hari toh, Mas?" tanya Robert.

"Iyalah. Kenapa lo? Gak bisa?" tanya Arkan.

"B-bisa, Mas. Bisa kok"

"Yaudah? Terus kenapa lo keliatan tegang gitu?"

"Saya ngomongnya gimana ya, ke Pak Faiz dan Mas Hema, Tuan?"

"Tunggu, Hema ini siapa?"

"Mas Hema itu... anaknya Pak Faiz, Mas"

"Oh, ya udah, lo jujur aja. Lo bilang kalo lo udah keterima kerja di kantor gue! Dan lo harus terbang ikut gue ke Manado besok karena urusan kantor! Kelar, kan?" ujar Arkan.

Robert mengangguk. "Iyah. Minta doanya ya, Mas"

"Hmmm dah!"

"Oh iya, Mas, saya tuh, boleh cerita gak sih ke Mas Galak?"

"Cerita apaan? Gak aus apa lu, cerita mulu?"

"Ndak toh, Mas. Kan wes kenyang tadi"

"Hadeuuhh. Yodah, apaan?"

"Jadi tuh, tadi pagi kenapa saya ngeliatin Pak Yugo terus, soalne, Pak Yugo ki mirip sekali sama Mas Hema toh, Mas!" ujar Robert.

"Hema, anaknya Pak Faiz yang lu bilang tadi?"

"Iya, Mas. Saya juga heran, kenapa mereka tuh mirip banget toh. Miriiiipp sekali"

"Yaelah, Bert. Namanya juga orang. Lu tau gak, di dunia ini tuh kabarnya kita semua itu memiliki tujuh orang kembar di dunia. Jadi ya gak mustahil lah, kalau si Hema itu mirip sama Pak Yugo" terang Arkan.

"Mosok, Mas?"

"Iyeee! Lu googling aja coba di handphone lu!"

Robert bingung sendiri, "Mmm... gugling ki... opo toh, Mas? Temannya bantal yo???"

Arkan merungut, "Itu guling, geblek! Heuuuuhhh, susah emang ngomong sama orang udik!!!"

"Yo saya kan ndak tau toh, Mas"

"Kayaknya emang otak lu mesti di kasih tau banyak pelajaran ye, biar ngerti! Lu tuh lulusan apaan sih?"

"SMA toh, Mas"

"Masa gugling aja gak tau?"

"Yo saya kan sekolahnya di pedalaman toh, Mas. Di pelosok. Jadi belum tersentuh dengan hal-hal yang berbau moderen seperti ini toh, Mas. Piye toh"

"Lagian, Bokap lu tinggal di Jakbar, kenapa lo gak ikut aja sih dari dulu?" tanya Arkan.

"Lha, mana saya tau toh, Mas. Malahan tadinya, saya pikir, saya ki sudah dibuang oleh Ayah saya toh. Tinggal sama Bude saya. Ternyata eh ternyata, habis lulus, saya malah mau di jodohkan"

"Yaudahlah, intinya kan sekarang lo udah sama gue. Jadi aman laaah!" ujar Arkan.

Robert terpelongo, "Maksudnya ki... opo toh, Mas?"

Arkan menelan ludahnya, melotot. "Maksudnya... elo kan udah kerja sama gue. Jadi yaudah dong, enak"

"Ooohh... nje, Mas" ujar Robert.

~

Setibanya mobil Arkan di depan lorong gang menuju kompleks rumah Robert, Arkan pun menyuruh Robert untuk mengambil semua barang belanjaannya. "Bawa tuh semua barang-barang lo! Jangan sampe ada yang kesisa!"

"Iya, Mas" ujar Robert sambil mengambil semua bungkusan di dalam mobil Arkan. "Sekali lagi makasih banyak loh, Mas"

"Iye ah! Makasih mulu lo! Tawarin mampir kek!" ujar Arkan yang masih duduk di kursi mobilnya.

Robert yang berdiri di luar mobil, sedikit merasa bersalah, "Mau mampir dulu, Mas?"

"Enggak! Makasih!"

"Oh iya, Mas. Ndak usah yo. Wis malam juga toh, ndak enak sama orang rumah" jelas Robert.

Arkan melotot, "Yeee... nyolot! Udah sana sana sana ah!"

Robert masih diam di tempat sambil kelimpungan memegang barang belanjaannya.

"Yeee, malah bengong! Sana balik ke rumah cepet!"

"Lha, Mas Galaknya mbok ngapain toh, masih disitu? Ndak mau pulang toh?"

"Yeee kok malah jadi lu yang nyuruh gue balik? Ngusir lu???" tanya Arkan yang masih di dalam mobilnya.

"Bukan gitu toh, Mas. Saya takut Masnya di isengin sama anak-anak kompleks sini. Soalnya, anak-anak sini kuu nakal-nakal toh, Mas" ujar Robert.

"Justru gue juga takut kali lo diapa-apain sama anak-anak begajulan!"

"Kalo saya sih, sudah biasa toh, Mas"

"Ooohhh"

"Lagian kenopo toh, Mas Galak kayaknya perhatian sekali sama saya, toh? Wong saya sudah biasa disini toh"

Arkan menarik persneling, lalu menginjak gas mobilnya. "Tau ah, terserah lu deh!" Mobil Arkan melaju kencang meninggalkan Robert sendirian di depan lorong gang kompleksnya.

Robert cemberut lagi, "Yaaah, kok malah nesu-nesu karo aku lagi toh? Heran aku nengkene!" dumal Robert sambil kemudian pulang menuju rumahnya.

Sementara Arkan yang tadinya sebal dengan sikap Robert, begitu dia berhenti di lampu merah, dia malah tersenyum sipu sendirian. Lantas dia terengah ke arah spanduk besar di dekat lampu jalan dengan iklan foto seorang wanita memegang ponsel. Tiba-tiba saja foto wanita itu berubah menjadi gambar Robert yang tersenyum memegang ponsel ke arah Arkan.

Arkan geleng-geleng, cepat-cepat membasmi lamunannya tersebut. "Waaah, mulai gila nih gua nih. Robert Kampret!"

Lalu Arkan tersenyum lagi. Teringat akan keluguan dan kepolosan Robert yang menyebalkan. Dan sikap Robert yang pasrah saja jika ia mengomelinya atau memberikan nyinyiran pedas untuk Robert. Robert memang memiliki sikap yang luar biasa beda dari anak remaja kebanyakan. Dia spesial. Dia menakjubkan. Robert istimewa.

"HAAAAAHHH!!! ROBERT ROBERT ROBEEEEEERRRTTT MULU YANG ADA DI KEPALA GUA!!!" dumal Arkan, "Lama-lama bisa pecah nih pala gua ah! Ngeselin banget tuh anak! Ngapain sih traveling di otak gue segala???"

TO BE CONTINUED

LOST ON YOU (END 21+)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang