3 TAHUN KEMUDIAN...
Robert... kamu apa kabar disana?
Lambat rasanya waktu berjalan, tak sekalipun aku mendengar kabarmu disana.Berbagai musim berganti, tak satupun kamu membalas surat dariku, Bert.
Sampai kini, aku masih terus berusaha menghubungimu.
Tak henti mengirimkan surat, walau sudah bukan lagi jamannya.
Tapi aku tetap optimis bahwa, suatu saat kelak kau akan membalas satu surat dariku, Bert.Jakarta banyak berubah, rasanya semakin sempit. Waktu terasa cepat berlalu. Aku berusaha mencari kontakmu, via apapun itu. Media sosial, tapi tak satupun kutemukan akunmu.
Saya hanya berharap, kau akan kembali ke Jakarta. Walau hanya sebentar. Walau hanya sehari. Agar aku dapat terus menjelaskan, bahwa aku selalu merindukanmu. Betapa kita terlalu muda untuk masuk ke dalam ruang kesalahpahaman.
Saya berusaha sekeras mungkin melupakanmu, tapi tetap tak bisa. Semakin kau meminta kulupakan, semakin hatiku berderit untuk terus mengenangmu. Mengingat semua kenangan kita. Mengunjungu tempat-tempat yang pernah kita lewati, kita singgahi. Setiap hari, Bert. Walau tempat itu kian berubah, tapi bagiku rasanya tetap sama.
Mungkin kau telah berbahagia disana, bersama dengan Hema.
Tapi aku tak bisa membohongi perasaanku. Bahwa aku, sangat mencintaimu.
Pulanglah, Bert. Disini rumahmu. Bukan disitu. Akulah tempatmu.
Keadaan sudah sangat membaik. Kita bisa bersama, Robert.Atau paling sedikit aku meminta, balaslah suratku, Bert. Maafkanlah aku.
Arkan Arzafka.
~
"Daddy..." panggil Arsen yang masuk ke ruang kerjanya.
"Ya, Sayang?" jawab Arkan.
"I need a motorcycle, please" pinta Arsen.
"Motor?"
"Yaa! Temen-temen Arsen di sekolah udah pada pake motor, Dad. Arsen juga pengen" pinta Arsen.
"Mobil kan lebih enak, Sayang. Adem loh. Gak panas-panasan"
"Iyah, Arsen tau. But you know lah, sekolah Arsen itu kan SMP negeri. Jadi anak-anaknya bukan dari kalangan berada, Dad. Mereka pake motor orang tuanya aja udah seneng banget loh"
"I know, honey. Tapi kamu kan belum punya SIM. Nanti kalo sampe ada apa-apa, gimana?"
"Kan bisa pake damai dong, Daddy"
"Damai gimana?"
Arsen lalu memainkan jarinya seperti memegang uang.
Arkan tertawa seketika. "Kamu nih ah! Yang ada-ada aja. Emang keliatannya mudah, tapi itu semua gak baik, Sayang. Kita kan harus jujur"
"Daddy, please... paling enggak, kasih kesempatan Arsen supaya belajar bawa motor sendiri dong. Arsen juga pengen kayak anak-anak lain"
Arkan lalu tersenyum dan membelai rambut anaknya seketika. "Cepet banget yah kamu tumbuh remaja, Nak"
Arsen mengernyitkan keningnya. "Are you okay, Dad?"
Arkan mengangguk. "Yeah, I'm good"
Arsen masih tak percaya, "You kinda like miss somebody?"
"It's okay. I'm fine, honey. Yaudah... kamu mau motor kan?" tanya Arkan.
Arsen manggut-manggut menyengir.
KAMU SEDANG MEMBACA
LOST ON YOU (END 21+)
FanfictionWARNING : CERITA INI BERUNSUR LGBT, DAN MENGANDUNG KALIMAT KASAR. TIDAK DI ANJURKAN UNTUK HOMOPHOBIA. Ini cerita tentang seorang laki-laki yang (bisa juga) jatuh cinta. Robert Wiguna (17) lulus SMA dari Desa Kartasari, Jatim. Dia tinggal bersama Bud...