"Jadi gimana tadi, Mas?" tanya Robert begitu dia sudah pulang dari kantor dan memilih untuk duduk bersama Hema di pos kamling dekat warung Syifa.
Disana juga ada Ican, Kanam, Iwang dan Alim yang heboh main kartu sambil makan gorengan traktiran Robert. Sementara Syifa di warungnya, sedang asik ber-selfie ria dengan ponsel Sonny Ericsson-nya.
"Yaaah, gitu, Bert. Gue di suruh sekolah lagi. Kuliah. Gue bebas di suruh milih kuliah dimana aja, asal gue lanjut sekolah" jelas Hema.
Robert manggut-manggut seketika. "Yo bagus toh, Mas. Kan enak toh, bisa lanjut kuliah lagi. Apalagi sudah ada yang mau menanggung. Puji Tuhan sekali, toh"
"Iya sih... tapi..." Hema terlihat muram.
"Tapi opo toh, Mas?" tanya Robert.
Hema diam, menatap Robert seketika.
Robert ikut bingung ditatap seperti itu oleh Hema, "Mas Hema kenopo toh, jadi ngeliatin saya gitu?"
"Lo mau ikut sama gue, Bert???" tanya Hema.
Robert tertegun, menelan ludahnya. "Ikut? Kemana toh, Mas?"
"Lo ikut sama gue ke London. Kita kuliah bareng-bareng disana" tutur Hema, serius.
Robert tertawa kecil, "Mas Hema jangan becanda toh, Mas. Wong saya ki... ndak mungkin bisa masuk ke kampus disana toh"
Hema menekuk alisnya, "Emang napa?"
Robert diam, gemetar. Dia menelan ludahnya dan berkata, "Ndak bisa bahasa Inggris"
"Halah, lo pikir gue jago, apa???" cetus Hema, "Yang namanya pendidikan gak mengenal kata terlambat atau apapun, Bert! Yang penting tuh niatnya"
"Tapi, Mas... Saya kan baru kerja di perusahaan Mas Galak toh. Mas Galak lebih butuh saya disana. Dia..."
"Capek ah gua!" Hema merajuk dan langsung beranjak ke rumahnya.
"Loh, Mas..." Robert memanggil, tapi tak di gubris. Bahkan kawan Hema lainnya ikut memanggilnya, Hema tetap tak menghiraukan. Syifa menclinguk dari kepala warungnya.
Robert pun ikut bergegas masuk ke dalam rumahnya.
"Mas... Mas Hema... tolong dengerin saya dulu toh, Mas" pinta Robert mengejar Hema ke dalam kamar.
"Apa sih, Bert???" Hema berbalik, marah. "Gue tau emang lo tuh lebih mentingin si Arkan daripada gue. Iya kan?"
Robert menatap prihatin, dia menggeleng.
"Gue tau dia lebih segala-galanya dibandingkan gue. Lebih tajir, lebih ganteng, lebih ideal daripada gue. Iya kan?" cetus Hema, emosi.
"Ndak begitu toh, Mas... tapi... ini semua terlalu mendadak toh untuk saya. Saya hanya ndak enak sama Mas Galak, Mas... dia sudah berbaik hati menunjuk saya bekerja di perusahaannya. Di saat saya susah, saya..."
"Oh, terus gue gak ada baik-baiknya gitu di mata lo, Bert???" tanya Hema.
"Ndak toh, Mas... saya hanya..."
"Udah sekarang gini aja... lo pilih Mas Galak lo yang lo bangga-banggain itu... atau gue, Bert???" tanya Hema, tajam.
Robert tertegun. Dia benar-benar bingung. Dia tidak suka melihat Hema marah. Dia ingin semuanya baik-baik saja, bukan pilu seperti ini. "Mas..."
"Lo tinggal jawab aja, Bert!" tegas Hema.
"Saya ndak bisa asal jawab disaat seperti ini toh, Mas. Saya juga harus berpikir matang-matang dulu, toh" jawab Robert.
Hema tertawa kecil. Dugaannya benar.
"Dan gimana dengan Pak Faiz toh, Mas? Bagaimana perasaannya? Apa dia juga sudah tahu tentang ini???" tanya Robert.
KAMU SEDANG MEMBACA
LOST ON YOU (END 21+)
FanficWARNING : CERITA INI BERUNSUR LGBT, DAN MENGANDUNG KALIMAT KASAR. TIDAK DI ANJURKAN UNTUK HOMOPHOBIA. Ini cerita tentang seorang laki-laki yang (bisa juga) jatuh cinta. Robert Wiguna (17) lulus SMA dari Desa Kartasari, Jatim. Dia tinggal bersama Bud...