Chapter 4

2.2K 217 62
                                    

"Dia tinggal disini, Pak???" ulang Hema tak percaya, "Si akamso ini?"

"Mohon maaf, Mas. Tapi akamso itu artinya opo yo?" tanya Robert, polos.

"Anak kampung sono!" cetus Hema, "Sono lu!"

"Sono kemana toh, Mas?"

"Hhhhrrrrhhhh... jangan panggil gue Mas, monyet!!!"

"Astaga Tuhan Yesus, panggilnya monyet toh???" ulang Robert, tak menyangka.

"Bacot ah!!!" cetus Hema, galak. Lalu dia beralih pada Bapaknya, "Pak! Ayolah, masa dia mau tinggal disini sih? Kamar di rumah ini aja ada dua, terus dia mau tidur dimana? Di lantai sini?"

"Ya di kamar kamu lah, Hema. Gimana sih kamu"

"Hah??? Kamar Hema???"

"Iyalah. Apa mau, kamu aja yang tidur di lantai sini?"

"Dih, mending dialah, Pak!"

"Se' se' se'... permisi... saiki, saya tuh bingung loh, Pak, Mas Hema... Pertama, saya kenapa disuruh tinggal disini toh, Pak? Niat saya mau kerja jual-jualin susu kacang toh, Pak?" tanya Robert.

"Iyah, betul. Tapi kamu mau tinggal dimana kalo habis jualan nanti, hah?" tanya Pak Faiz.

"Tinggal aja lu di kolong jembatan sono!!!" cetus Hema galak.

"Asalkan ndak ada maling sama anjing, saya mau, Mas tinggal di kolong jembatan!"

"Hhh... masa anjing takut ama anjing?" cetus Hema sambil tertawa remeh.

"Astaga, Mas... dosa loh, Mas, ngatain orang anjing!"

"Hema, mulut kamu ah! Kayak gak pernah Bapak sekolahin aja" tukas Pak Faiz, lalu dia beralih pada Robert lagi, "Jangan di dengerin ya, Bert! Hema kalo sama orang baru di kenal emang gini. Sangar"

"Ndak apa-apa toh, Pak. Sudah biasa saya sama wong sangar-sangar!" jawab Robert, senyum segan.

"Ya sudah, kalo gitu, kamu mau kan tinggal disini, Robert? Bantu Hema juga bikin susu kedelainya"

"Oh, mau toh, Pak! Mau sekali saya toh. Jangankan bantuin Mas Hema, jualan keliling pun saya bersedia toh, Pak" ujar Robert.

Hema langsung saja menarik tangan Bapaknya menuju kamar Bapaknya. "Pak, ini apa-apaan sih? Kenapa Bapak bawa orang asing ke rumah kita, Pak? Nanti gimana kalo dia macem-macem?"

"Macem-macem gimana sih, Nak? Robert itu anak yang baik. Tadi aja hape Bapak yang ketinggalan malah di pulangin sama dia. Kasian lah, Nak. Dia anak rantau. Gak punya uang, gak punya tempat tinggal. Gak ada salahnya kan, bantu orang yang udah ngebantu kita? Toh niat dia baik, mau bantu jualan juga" terang Pak Faiz.

Hema terdiam menatap Bapaknya dengan tajam. Lelaki tampan, pangeran kompleks itu mencari-cari keyakinan lain pada mata Ayahnya untuk menyetujui ucapan Ayahnya tadi. Tak ketemu, dia memilih pasrah. "Terserah, Bapak! Hema akan nyalahin Bapak, kalo dia sampe macem-macem!"

"Siap, pangeran!" hormat Pak Faiz.

Mereka pun kembali ke ruang depan, Hema turut membuat susu kedelai lagi.

"Jadi, kamu mulai sekarang tinggal disini ya, Bert! Kalau perlu apa-apa sama Hema aja. Tanya sama dia"

"Nje, Pak. Terima kasih banyak, Pak. Terima kasih banyak, Mas Hema" ujar Robert.

Hema hanya memutar bola matanya sambil memasukkan susu kedelai ke dalam plastik lalu diikatnya.

"Saya jalan lagi ya, Robert" ujar Pak Faiz.

LOST ON YOU (END 21+)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang