Chapter 15

1.6K 180 14
                                    

Setibanya di kafe Blora, Arkan dan Robert pun masuk menuju pintu kafe yang dibukakan oleh security-nya langsung.

"Silahkan, Pak, ingin di meja berapa?" tanya Security.

"Saya udah ada janji sih sama orang"

"Reservasi atas nama siapa, Pak?"

"Yugo Augustus?"

"Oh, kebetulan orangnya baru saja telpon, Pak. Reservasinya ruang VIP nomor 5 di lantai dua. Apa perlu saya antar, Pak?"

"Gausah, makasih ya"

"Sama-sama, Pak"

"Ayo ikut gue!" cetus Arkan pada Robert sambil menarik tangan Robert.

Setibanya di lantai atas, Arkan tertegun dan menyadari kala ternyata
sejak tadi tangannya sibuk menggandeng tangan lelaki kampung itu.

"Kenopo berenti toh, Mas?" tanya Robert.

Arkan melirik ke Robert, lalu ke tangannya lagi. Robert pun mengikuti arah mata pada sesuatu yang salah itu.

Dengan cepat Arkan melepas tangannya dari tangan Robert. Lalu dia berwibawa memperbaiki jas hitamnya.

Robert pun tersenyum sipu melihat Arkan yang salah tingkah. "Kenopo di lepas toh, Mas?"

"Dih! Geli banget! Apa kata orang kalo cowok sama cowok pegangan tangan?" cetus Arkan.

"Loh kenopo toh? Mungkin mereka pikir adik kakak toh, Mas?" tanya Robert.

Arkan terdiam berpikir. Iya juga sih. Kenapa harus merasa malu. Memang pikirannya saja yang tak jemu. "Bacot ah! Tetep aja gue risih!"

"Lah, yang narik-narik tangan saya kan Mas Galak duluan" cetus Robert, berhasil membuat Arkan bungkam. Dia menata Robert dengan menahan sabar.

Robert menyengir.

Arkan lalu pergi menghampiri meja reservasi. Disana masih sepi, namun suhu ruangan sejak tadi begitu dingin dan membelenggu.

Arkan duduk di dalam ruangan tertutup itu. Begitu juga dengan Robert yang duduk namun mencoba mengelus-elus lengannya sendiri. Dia kedinginan.

Arkan memperhatikan Robert yang tak bisa diam. "Ssstt!"

Robert mendongak, "Ya, Mas?"

"Kenapa lu?" tanya Arkan.

Robert berujar pelan, "Dingin toh, Pak"

Arkan memutar bola matanya. Lalu dia berdiri dan mengambil remote AC yang terpampang di dinding. "Norak sih lu!"

Robert hanya manyun.

Kemudian Arkan sebal kala dia harus menunggu Yugo. Berkali-kali Arkan melihat ke arah jam tangan mahalnya. "Mana sih si Yugo, ah! Lama bener. Katanya sepuluh menit lagi on the way! Kantornya kan gak jauh dari sini!"

"Sabar toh, Mas. Mungkin dia sedang dalam perjalanan toh?"

Arkan memilih diam ketimbang melawan kalimat Robert yang ada benarnya juga. Kini yang ada, perutnya keroncongan. "Ssshhh... laper banget gua"

"Mau pesan makan, Mas?"

Arkan mengangguk. "Panggilin waiters dong!"

Robert lalu mencondongkan wajahnya ke depan, "Waiters ki... opo toh, Mas?"

"Hhh pelayan! Cepetan panggilin! Tuh, teken bel di situ tuh!" cetus Arkan sambil menunjuk ke arah tombol berwarna kuning terang di sisi remote AC tadi.

Robert pun menurut dan menekan tombol tersebut. Tombol itu berbunyi, tak pelan, tak keras. Lalu Robert kembali duduk lagi di kursinya.

LOST ON YOU (END 21+)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang