"Matt, please lah, Matt. Ini kita mau kemana sih?" tanya Robert, heran.
Lalu mobil Matt pun sejurus berhenti di sebuah tempat yang tak sedikit orang keluar masuk di tempat itu. Sebuah Club.
"Ini baru torang, Robert!" (ini baru kita, Robert) ujar Matt.
Robert terasa risih begitu memasuki tempat tersebut, berbanding jauh dengan Matt yang terlihat sedang disapa oleh beberapa orang yang berjoget ria disana. Musik Dj kala itu terdengar memuncah dan berdentum gema. Membuat Robert semakin risih. "Matt, saya pulang saja ya! Kamu bohong!"
"Bohong apa kita, Bet?" tanya Matt.
"Kamu bilang cuma sebentar, tapi kamu malah bawa saya ke tempat kayak gini. Ini gak cocok buat saya, Matt" ujar Robert.
"Alah, Beet. Co ngana jang talalu kaku deng yang babagini ini, Bet. Co ngana rasa dulu bagaimana depe rasa sekali ngana ba fly kowa" (Alah, Beet. Coba lo jangan terlalu kaku sama yang kayak beginian. Coba lo rasain dulu, gimana rasanya satu kali nge-fly) tutur Matt di tengah irama musik yang berdentum.
Robert menggeleng, "Ndak, Mas. Saya harus pulang"
"AAARGGHH!!!" Matt mendorong Robert ke sofa santai di club tersebut. "Ba diam saja ngana disitu!" cetusnya.
Robert sudah ketakutan. Saat dia hendak berdiri, Matt kembali mendorongnya di sofa.
"Ramaaann!!!" teriak Matt.
Seorang pelayan club datang menghampiri Matt. "Ya Bos???"
"Cap tikus to neh, depe par bir jo" Matt memesan minuman keras tersebut.
"Ndak mau pinaraci, Pak Bos?"
"Tidak, cepat jo ah!"
"Siap, Pak Bos. Tunggu sadiki neh"
Matt memandangi Robert yang sedikit kebingungan. Dia tak bawa ponsel, serta tak pamit pula pada Arkan. Habis sudah. Kali ini Arkan tidak akan mempercayainya lagi. Dia pasti akan di pecat.
"Matt... tolong lah, saya harus kembali ke hotel, Matt. Saya harus pulang"
"Tenang jo kowa, kita pasti mo antar ngana pulang, Robert. Santai neh"
Sesang Robert sendiri tak bisa santai. Dia benar-benar tegang. Mati. Mas Galak pasti akan membunuhnya.
Minuman pesanan Matt pun datang seketika. Matt terlihat bahagia melihat minuman tersebut. Lantas dia pun langsung meminum minuman tersebut tanpa ampun.
Robert mencoba mengambil kesempatan untuk lari dari tempat itu, nyatanya mata Matt selalu mengawasinya.
Robert tidak bisa kemana-mana.
Hingga kemudian Matt menyodorkan minumannya ke arah Robert. "Coba ngana minum dulu ini, Bet. Cap tikus Manado depe rasa beda, Bet, dari manapun"
Robert menggeleng, "Ndak, Matt. Saya ndak suka minum yang begituan"
"Oh come on, Bet. Minum saja dulu. Ini enak sekali depe rasa katu" paksa Matt.
Robert berusaha menolak sebisa mungkin namun Matt terus memaksa dan mencekokan minuman tersebut pada mulut Robert. Robert mau tidak mau terpaksa meneguknya.
Minuman itu terasa manis dan pahit. Kerongkongan Robert terasa terbakar, belum lagi baunya yang menyengat dan tak bisa hilang dari mulutnya. Sekali teguk, kepala Robert terasa pusing sekali.
"Kenapa, Bet??? So span ngana kang? So rasa fly?" tanya Matt.
Robert memegang kepalanya. Napasnya terasa cepat. Matanya seperti orang mengantuk. Dia ingin rubuh. Dia ingin tidur. Hingga kepala Robert jatuh di sofa tersebut.
KAMU SEDANG MEMBACA
LOST ON YOU (END 21+)
FanfictionWARNING : CERITA INI BERUNSUR LGBT, DAN MENGANDUNG KALIMAT KASAR. TIDAK DI ANJURKAN UNTUK HOMOPHOBIA. Ini cerita tentang seorang laki-laki yang (bisa juga) jatuh cinta. Robert Wiguna (17) lulus SMA dari Desa Kartasari, Jatim. Dia tinggal bersama Bud...